Surat Al-Baqarah ayat 183 tentang kewajiban puasa ramadhan adalah ayat yang paling sering di dengar selama bulan Ramadhan ini. Hebatnya, saking seringnya di dengar, bisa jadi dalam 1 hari, dari pagi hingga malam, minimal ayat ini 5 kali diperdengarkan sehari semalam. Sesuai prinsip keberlimpahan, "orang umumnya akan kurang memaknai sesuatu yang sering ia jumpai/dengar di banding sesuatu yang ia jarang temui/dengar". Tapi tahukah Anda, inilah bedanya Al-quran dibanding bacaan lainnya. Semakin ia dibaca/dibacakan, justru akan terus muncul hikmah dan ilmu di dalamnya.
Lalu pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana kita memaknai puasa ramadhan dengan mengambil hikmah dari ayat ini? Mari kita lihat lebih dekat
Tiga Tingkatan Iman
Ayat Al-baqarah 183 itu dibuka dengan harfunnida atau kata panggilan (Ya Ayyuha) sebelum kata orang-orang yang beriman (Alladziina Aamanuu). Tapi yang menarik, suatu hari sahabat pernah bertanya kepada Nabi,  "Wahai Rasulullah, kenapa ketika kami dekat dengan engkau iman kami naik, dan ketika kami jauh dari engkau kadang-kadang iman kami turun?". Baginda Rasul kemudian menjawab "Al-imaanu yazid wa yanqhus" (iman itu naik dan turun ; naik dengan banyaknya ibadah, dan turun jika jauh dari Allah)
Karena iman itu naik dan turun, maka dalam ayat ini yang dipanggil adalah semua orang yang mengaku telah beriman, apakah itu imannya sedang naik atau sedang turun. Selama dia mengaku beriman kepada Allah SWT, maka dia mendapatkan panggilan/kewajiban puasa ini. Yang menarik, karena semua level iman yang dipanggil, maka tidak perlu kaget kalau di malam-malam pertama tarawih, masjid menjadi penuh sesak dengan umat muslim. Semoga sampai di sini kita mulai paham kenapa fenomena ramai orang di masjid pada malam awal ramadhan terjadi.
Lalu pertanyaannya, mengapa semakin pertengahan ramadhan masjid-masjid (pada umumnya) kembali sepi (tidak seramai awal-awal) seperti sebelum ramadhan? Nah, di sini kita akan coba lihat ada di mana level kita sesungguhnya. Ada minimal 3 level iman.
Level 1
Imam besar masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar menyebut orang yang berada di level 1 ini sebagai "Ahlu Thaa'ah" (Ahli taat). Level iman ini yaitu orang yang cenderung beribadah, apakah itu shalat, puasa dan sebagainya hanya karena ia tahu kalau itu adalah kewajiban. Singkatnya, ia hanya menyadari kalau ini adalah kewajiban dari Allah dan harus dilakukan. Singkatnya, gugur kewajibannya sebagai seorang muslim dengan melakukan perintah. Apakah salah? Tentu saja semuanya berproses. Tapi Kata kuncinya adalah kita harus introspeksi level keimanan kita masing-masing.
Level 2
Pernahkah Anda melakukan sebuah ibadah karena takut dengan neraka dan mengharapkan syurga? Jika iya, maka ini ada di level 2 yang disebut dengan istilah "Ahlul 'Ibaadah"Â (Ahli Ibadah). Tentu saja ini baik. Orang di level ini tentu akan sangat menjaga dirinya dari melakukan hal yang buruk karena ia tahu ada balasan di hari kemudian untuk semua keburukan dan kebaikan yang dilakukan. Orang di level ini sudah masuk cinta ke dalam hatinya dalam melakukan ibadah kepada Allah. Ya, Semoga minimal kita bisa ada di level ini.
Level 3Â
Level tertinggi dari keimanan ini disebut dengan "Ahlullaah"Â atau mereka yang melakukan ibadah tidak lagi sekadar mengharapkan syurga dan takut neraka, tapi ia melakukan semua kegiatan ibadah dalam rangka meningkatkan iman kepada Allah hanya karena mengharapkan ridha dan rahmat dari Allah SWT. Ini adalah pribadi yang istimewa. Pribadi yang tidak pernah fokus pada reward,yang mana pasti akan ia dapatkan kelak, tapi fokus utamanya adalah kasih sayang dan rahmat Allah dalam melakukan ibadahnya, termasuk puasanya di bulan Ramadhan
*****
Kalau kita perhatikan dari tiga level ini, mana yang menurut Anda akan bertahan dan tetap memakmurkan masjid dan kegiatan ramadhan dari awal hingga akhir ramadhan? Tugas kita tentu saja bukanlah untuk menghakimi orang lain. Ya, tugas terbaik yang bisa kita lakukan adalah melakukan refleksi diri masing-masing dan melihat ada di level mana sebenarnya posisi kita. Kalau sudah tahu, maka saatnya kita mengambil momentum ramadhan ini sebagai bulan perbaikan untuk menjadi pribadi takwa seperti yang dijanjikan di ujung QS Al-baqarah ayat 183 itu, la'allakum tattaquun.... (semoga kamu menjadi orang yang bertakwa)