Jam berapa Anda bangun setiap hari? Seberapa sering Anda menggunakan alarm untuk bangun? atau, adakah di antara Anda yang tidak perlu alarm untuk bangun di pagi hari? Ya, tentu ada dan mungkin banyak.Â
Semua itu tentu tidak terjadi dengan tiba-tiba. Bisa jadi hal itu berlangsung dalam waktu yang lama hingga ia berubah menjadi kebiasaan. Jika itu kebiasaan baik, maka lanjutkan dan bersyukurlah. Tapi jika itu sebaliknya, maka coba pikirkan kembali bagaimana Anda bisa terjebak di kebiasaan itu pada awalnya.
Menciptakan atau bahkan mengganti kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Apalagi kebiasaan itu sudah terjadi selama bertahun-tahun. Banyak orang yang berusaha untuk mengubah kebiasaan buruknya tapi justru semakin masuk ke dalam kebiasaan buruk itu lebih dalam dan lebih dalam. Lalu pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu jawabannya ada di tulisan saya sebelumnya. Bacalah.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah ada cara agar kita bisa mengubah kebiasan buruk menjadi baik dengan lebih mudah atau membuat kebiasaan (baik) baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya? Jawabannya kita bisa menggunakan apa yang disebut dengan "Mini Habits".
Penelitian yang diulas di sebuah buku yang berjudul "Mini Habits" menyebutkan kalau rata-rata orang membutuhkan 66 hari untuk menjadi terbiasa dengan kebiasaan barunya. Mudahnya, kalau Anda melakukan sesuatu selama 66 hari berturut-turut secara konsisten, maka hal itu berpotensi menjadi kebiasaan baru Anda.Â
Pertanyaannya, apakah mudah melakukan sesuatu secara konsisten selama (minimal) 66 hari? Ya, tentu jawabnya beragam. Tapi akan menjadi lebih mudah kalau Anda menggunakan teknik "mini habits" dalam melakukannya.
Sederhananya, "mini habits" adalah kebiasaan mini yang Anda lakukan untuk membuat sebuah perubahan menjadi seolah-olah tidak terasa karena Anda menggunakan perubahan aktivitas yang sangat kecil dari hari ke hari.Â
Misalnya begini, seorang teman saya ada yang tidak bisa minum air putih di pagi hari. Dia harus memulai hari dengan kopi. Itu adalah minuman pertamanya setiap hari. Berdebat dengannya tentang pentingnya air putih di pagi hari terasa sia-sia karena selain gelarnya yang panjang, dia siap untuk mengajak debat panjang lebar siapapun yang mencoba menghalangi keinginannya.
Suatu hari, dalam sebuah morning meeting, saya mengambilkannya seteguk air putih (kira-kira kurang dari seperempat gelas kecil) dan meletakkannya di mejanya. Dia melihat agak aneh ke gelas itu. Saya tidak memaksanya minum dan tidak pula memulai debat. Saya hanya mengatakan kepadanya "cobalah rasakan nikmatnya seteguk air putih di pagi hari".
Ajaib! dia meminum air putih itu. Kata seteguk mungkin menyadarkannya kalau itu sedikit dan tidak butuh usaha banyak dalam meminumnya.