Rebutan remote TV adalah satu dari sekian banyak dinamika yang melegenda dari "pertikaian" antara saudara kandung. Suka atau tidak, banyak orang, bahkan mungkin hampir semua orang pernah mengalami hal itu atau minimal tahu tentang hal itu.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, bisakah cekcok dan turunannya itu kita hindari dari kehidupan keluarga, secara spesifik antar sesama saudara kandung? Bisa jadi hal itu nyaris mustahil kalau kita tidak ingin menyebutnya mustahil.
Jangankan manusia biasa, sekelas Nabi Yusuf saja ingin "dilenyapkan" oleh saudara kandungnya karena beralasan kalau Nabi Yusuf lebih dicintai oleh orangtuanya dibanding saudaranya yang lain. Singkatnya, konflik nyaris mustahil dihindari bahkan sesama saudara kandung sekalipun.
Lalu muncul pertanyaan, adakah kiat "anti gaduh" sesama saudara kandung? Itu yang akan kita coba uraikan. Baiklah, markililede (mari kita lihat lebih dekat) apa 3 kiat "anti gaduh" itu.
1. Berikan Kasih, Jangan Hanya Sayang
Jika sayang identik dengan memberikan sesuatu dengan segenap hati tanpa mengharapkan balasan, maka kasih lebih kepada memberikan yang terbaik, memberikan kebahagiaan untuk orang lain, tidak merebut kebahagiaan orang lain dan bahkan menerima kekurangan orang lain.
Jika kita hanya berhenti sampai di level sayang, maka saling gasak gesek gosok masih rentan terjadi. Kenapa? karena Anda hanya memberi tanpa mengharapkan balasan. Padahal di saat yang sama, saudara Anda mungkin akan terus "mengambil" sesuatu dari Anda. Lama kelamaan, pribadi ini akan rentan dan pada akhirnya tidak lagi akan memberikan sesuatu tanpa mengharapkan balasan.
Bedanya, jika Anda juga memberikan kasih di dalamnya, maka jangan kaget, kalau Anda akan sangat termotivasi untuk membahagiakan saudara/keluarga Anda itu dan yang paling penting, Anda bersedia menerima kekurangnnya. Saling menerima kekurangan inilah yang pada akhirnya akan meminimalisir (atau bahkan menghilangkan) gesekan antar saudara sekandung.
2. Jadikan Saudaramu Sahabat, Jangan Jadikan Ia Selalu "Adik" atau "Kakak" mu
Coba ingat kembali, kapan biasanya konflik keluarga semakin meruncing? pada saat anak-anak atau pada saat dewasa? Ya, jawaban Anda benar. Tahukah Anda kenapa pada saat dewasa konflik yang terjadi lebih tajam bahkan bisa mengarah kepada hal-hal yang berbau kriminal?
Jawabannya sederhana. Karena seorang saudara kandung (kakak) selalu melihat "adiknya" masih saja kecil meskipun usianya tua. Di sisi lain, Seorang adik juga selalu menganggap kakaknya "harus selalu" menjadi pemutus sesuatu, pengambil keputusan tertinggi dan seterusnya.Â
Padahal, ketika semua saudara kandung sudah menjadi pribadi dewasa penuh, maka mereka bisa jadi punya pikiran yang relatif sama dan berkembang, Sehingga, tidak selalu adik harus lebih "lemah" dibanding kakak dan begitu sebaliknya.