Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Orang Sulit Memahami dan Mudah Menghakimi?

18 Februari 2021   21:52 Diperbarui: 18 Februari 2021   22:08 1775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghakimi memang lebih mudah dibanding memahami orang lain (adilmakmur.co.id)

Referensi, bacaan dan pengalaman seringkali membuat orang mudah memahami orang lain. Sebaliknya, kurangnya referensi dan turunannya itu, berpotensi membuat orang sulit memahami orang lain.

Untuk itu, jika Anda seorag dokter, maka sesuaikan bacaan Anda di bidang ilmu kedokteran. Jika Anda seorang sosiolog, bagus kalau bacaan utama Anda adalah seputar sosiologi. Begitu juga jika Anda seorang pemimpin sebuah institusi atau lebih besar lagi, maka bacaan komik doraemon rasanya jauh dari ideal untuk Anda baca, kecuali memang Anda ingin menjadi pribadi yang "sulit memahami" orang lain.

Mudah Menghakimi

Jika sulit memahami sering disebabkan karena beberapa hal, maka mudah menghakimi juga demikian. Minimal ada 2 alasan kenapa orang terlalu mudah menghakimi.

1. Faktor Dislike

Ini adalah penyebab utama kenapa orang mudah menghakimi. Kalau sudah tidak suka, maka apa saja yang dilakukan orang itu selalu salah di matanya, dan muncullah "hakim-hakim" baru tanpa pengadilan.

Jadi, mari berusaha bersihkan hati dari benci dan tidak suka dengan orang lain. Semua pasti punya kekurangan. Tugas kita bukanlah memperbesar kekurangan orang, tapi saling melengkapi hingga melahirkan kekuatan.

2. Faktor Kurangnya Akhlak dan Ilmu

Takperlu kita cerita bagaimana akhlak ulama zaman dahulu. Jangankan beda guru, berbeda mazhab pun mereka masih bisa saling asah,asih dan asuh. Sekarang, jangankan beda partai, beda warna baju saja sering terjadi perkelahian dan seterusnya.

Penyebabnya apalagi kalau bukan kurangnya akhlak dan ilmu. Seseorang yang berakhlak dan berilmu, mustahil mudah menghakimi. Para ahli ilmu dan akhlak pasti akan mempraktikkan kesantunan dalam berkehidupan.

Ingat, santun bukan berarti lembek. Santun boleh saja bersikap tegas, tapi anggun. Santun juga tidak berarti gemulai. Justru semakin santun dan berakhlak pasti lebih tertib dan konstitusional dalam bertindak dan seterusnya.

***

Sekarang mari kita tunjukkan jadi telunjuk ke diri kita masing-masing, apakah kita termasuk pribadi yang sulit memahami dan mudah menghakimi? Kalau iya, maka masih ada waktu untuk memperbaiki diri.

Lalu bagaimana kalau tidak? Ya, cukup ingatkan lingkungan kita tentang beberapa hal di atas. Kalau ada yang terjangkit hal di atas, maka tugas kita adalah untuk menyadarkannya segera, sebelum semuanya terlambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun