"Jangan cintai aku apa adanya, jaaaaangan... Tuntutlah sesuatu, biar kita maju kedepan.." (Lirik Lagu Tulus)
Lirik lagu ini seharusnya menjadi bukti sederhana, kalau ternyata ada orang (mungkin banyak orang) yang  ingin mencintai karena "ada apanya", bukan apa adanya.
Adakah bedanya? tentu. Jelas, dan besar sekali bedanya. Hal ini yang akan kita bahas sekarang. Dengan harapan, untuk yang belum atau akan menikah, jadi semakin tahu kalau cinta itu perlu di lihat dari aspek yang lebih luas. Terkait cinta dan turunannya ini, saya sudah pernah mengulasnya. Sile baca kembali tulisan saya seputar cinta.
Baiklah, mari kita mulai saja pembahasan kali ini. Kenapa kita harus menikah dengan "ada apanya" dan bukan "apa adanya"? Apa yang dimaksud dengan "ada apanya itu"? itu yang akan menjadi pokok pembahasan kita. Mari kita lihat lebih dekat.
Jangan Menikah "Apa adanya"
Kalau ada orang yang menikah, atau berencana menikah hanya mengandalkan "apa adanya", bisa jadi ada beberapa kemungkinan yang menjangkitinya (dan pasangannya).
1. Apatis
Orang yang "apa adanya" tidak selamanya bermakna sederhana dan sederhana tidak selalu bermakna apa adanya. Ini tentang mental. Jika yang dimaksudkan "apa adanya" adalah tentang kehidupan sederhana meski punya segala-galanya, maka ini rasanya baik dan tepat.
Tapi jika "apa adanya" itu hanya menjadi bumbu untuk menyembunyikan sikap lemah dan tidak bersemangat dalam hidup, maka itu yang keliru. Jadi, hati-hati dengan istilah "apa adanya" Anda bersama pasangan. Jika salah tempat, maka bisa jadi Anda akan menjadi pribadi yang apatis menatap dunia ini.
2. Kurang Motivasi Dalam Menikah
Jangan salah, menikah itu harusnya menyejahterakan. Menikah itu mengayakan. Kalau ada yang "belum kaya" padahal sudah menikah, maka bisa jadi ada yang salah dari pola pikirnya. Kaya dalam artian luas, tidak terbatas materi saja.
Nah, kalau Anda mengharap dan mencintai "apa adanya" saja, maka bisa jadi Anda kurang menemukan motivasi terbesar dalam menikah dan membangun rumah tangga. Ini berbahaya, teman. Jangan sampai, pasangan Anda menemukan motivasinya, justru bersama orang lain di luar sana.Â
Untuk itu, pastikan motivasi pasangan Anda jelas dan penuh dalam menempuh perjalanan rumah tangga.
Menikahlah "Ada apanya"Â
Apa maksudnya? begini. Anda harus menikahi seseorang, karena memang dia memiliki sesuatu yang layak untuk Anda jadikan pasangan. Pertanyaannya, apakah sesuatu itu? Mari kita lihat lebih dekat.
1. Ada Orangnya
Ini adalah alasanya yang pertama kenapa Anda harus menikah dengan "ada apanya". Ya, menikah harus ada orang atau manusianya. Zaman sekarang ada orang yang menikah dengan pohon, robot, kucing dan lain sebagainya.
Menikah itu idealnya adalah dengan manusia yang memiliki hati, fisik, jiwa dan perasaan. Jadi, sebaiknya kita tidak perlu terlalu "out of the box" dalam konteks ini.
2. Ada Imannya
Ini adalah aspek utama dan paling utama setelah memastikan "ada apanya" yang pertama yaitu manusia. Ya, Anda menikah bukan untuk 1-2 hari, 3-4 minggu. Tapi untuk selamanya.
Lalu bagaimana mungkin Anda mencari yang imannya tidak baik? Adalah benar kalau iman itu naik dan turun. Tapi minimal kita harus mencari yang "ada iman" dalam dirinya. Itu minimal akan me-remnya jika melakukan kesalahan, dan ini sangat penting.
Jadi, kalau Anda mau menikah atau berencana, maka harus cari yang "ada apanya" dan dalam hal ini ada imannya.
3. Ada Rupanya
Takbisa dimungkiri kalau rupa itu penting. Jadi carilah yang "ada apanya" dari sisi rupa. Jangan cari yang justru membuat emosi ketika melihatnya. Carilah yang teduh, adem dan seterusnya.
Tapi ingat, calon di seberang sana juga pasti akan mencari hal yang sama. Jadi, jangan mudah tersinggung jika yang Anda cari dan idamkan justru tidak mau dengan Anda karena dia juga punya kriteria pilihan.
Jadi, carilah yang "ada rupanya" untuk membuat Anda betah di rumah.
3. Ada Keturunan Baiknya
"Anak kalong, bapak kampret, anak nyolong, bapak nyopet"Â
Istilah ini dulu sempat terkenal di kalangan masyarakat dan sepertinya juga masih terkenal sampai sekarang. Ya, anak adalah potokopi dari orangtuanya. Jika orangtua baik, maka kemungkinan besar anak baik dan begitu sebaliknya, meskipun dalam beberapa kasus (kecil) berbeda.
Jadi, temukanlah orang yang "ada apanya" dari sisi keturunan yang baik. Jangan sembarangan menentukan orang menjadi pasangan untuk mengarungi kehidupan rumah tangga yang mungkin cukup lama.
4. Ada Hartanya Atau Mental Kayanya
Ini hal yang selanjutnya yang perlu ada di dalam "ada apanya" untuk calon pasangan kita. Meski tidak mutlak, tapi ini ideal dan perlu. Jikapun ternyata kita menemukan yang tidak kaya, tapi carilah mereka yang punya mental kaya.
Orang yang punya mental kaya, bisa jadi belum kaya hari ini. Tapi karena mentalnya kaya, maka potensinya untuk menjadi kayapun akan besar. Tipe seperti ini yang perlu ditemukan.
***
Bagaimana menurut Anda, apakah Anda masih mau mencintai seseorang hanya karena "apa adanya"? atau sekarang Anda mulai bergeser untuk mencintai atau mencari cinta dengan "ada apanya"?
Ya, pada akhirnya Andalah yang berhak menentukan jalan hidup Anda. Karena kalaupun Anda berhasil, maka itu adalah kehidupan Anda dan keluarga. Dan kalaupun Anda belum berhasil, itu juga keluarga Anda. Jadi, bijak dan cerdas memilih adalah kuncinya.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
TauRa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H