Seorang rekan ada yang mendadak sakit cukup parah. Indikasi parahnya adalah, dia sampai tidak bisa berjalan lagi dalam tempo yang cukup lama. Bahkan, banyak aktivitas "sumur" yang harus dilakukannya di atas kasur. Singkatnya, banyak orang yang bersedih dengan kondisinya itu.
Menurut Anda, siapa orang pertama yang akan menbantunya dalam situasi itu? Sahabat yang dianggap karib? rekan kantor yang doyan makan siang bareng? atasan yang selalu menasihati? teman SD yang jatuh cinta lagi ketika dewasa? atau seorang ibu?
Rasanya siapapun yang membaca tulisan ini pasti sepakat, kalau Ibulah (atau orangtua) satu-satunya orang yang sangat mungkin akan membantu kondisi terburuk sekalipun yang dialami anaknya. Dan ternyata, benar. Ibulah yang membantu rekan tadi dalam kesulitannya, meskipun sudah beberapa tahun berpisah karena tinggal di kota yang berbeda.
Motherly Love
Kalau ada yang menggunakan istilah unconditional love, maka cinta ibu mungkin adalah satu-satu cinta itu. Masih di kasus rekan tadi, bagaimana ibunya memandikannya di kasur, bagaimana ibunya melap tubuhnya, menyuapinya, membuang "sampahnya" dan lain sebagainya.Â
Rasanya hal itu lebih dari cukup jika ingin disebut cinta tak bersyarat. Ya, cinta ibu tidak pernah bersyarat. Dia tulus keluar dan mengalir dari jiwa yang juga tulus memberi. Persis seperti lagu yang sering kita dengar sewaktu kecil dulu,
"hanya memberi takharap kembali, bagai sang surya menyinari dunia"
Jika hanya ada satu cinta yang harus dipertahankan di dunia ini, maka itu adalah cinta seorang ibu (atau orangtua). Bahkan, apapun yang sudah atau akan kita berikan, hal itu sekali lagi tidak akan mungkin membalas meskipun hanya satu "erangan" ketika dia melahirkan kita ke dunia ini.
Dua Cinta "Semu"
Pertanyaan selanjutnya tentu saja adalah, kemana orang-orang selain ibu (atau orangtua) dari rekan saya tadi? mereka pasti tetap ada. Tapi apakah mereka peduli? Pasti, tentu saja. Beberapa dari mereka pasti peduli. Minimal dengan memberikan jempol menengadahkan tangan ke langit sebagai tanda doa, meskipun sekali lagi belum tentu dia membawa nama rekan saya itu ke dalam doa.
Cinta Pertemanan
Bung Rhoma sudah dari jauh hari mengingatkan kita,Â
"Mencari teman memang mudah, apabila untuk teman suka. Â Mencari teman memang susah, apabila untuk teman duka"
Cinta di lingkungan pertemanan tidaklah perlu terlalu dibanggakan dan dibesar-besarkan. Ia memang ada. Tapi kadarnya kecil, bahkan bisa menjadi "semu". Coba lihat, ada berapa teman Anda yang hadir dalam situasi sulit Anda.
Kalau banyak, maka mungkin itulah teman-teman yang benar mencintai Anda, maka bersyukurlah. Kalau sedikit, maka juga bersyukur karena Anda diberi tahu kalau itulah teman sejati Anda, bukan yang banyak dan "semu" itu.