"If you want to succeed, you can't make excuses"
"Saya mau sukses jadi penyanyi, tapi gimana ya kalau antriannya sepanjang itu..!" kata salah seorang peserta audisi ajang pencarian bakat yang pernah saya ikuti dulu.Â
Saya awalnya juga ingin menyerah untuk ikut audisi itu melihat antrian yang memang "mengular" dan sepertinya baru akan selesai hingga malam.
Tapi di seberang jalan, saya melihat kakak saya yang melambaikan tangan sambil mengepalkan jemarinya dan bertekat akan menunggu saya hingga selesai audisi.Â
Saya mendadak mengurungkan niat untuk mundur. Saya tetap maju meski ternyata benar, saya baru masuk ruang audisi "biasa" (bukan juri artis) pada saat matahari sudah tenggelam.
Saya masih ingat pesan kakak saya waktu itu sebelum saya ikut antrian yang super panjang itu,
"Lebih baik kau ikut meski nanti hasilnya belum berhasil, yang jelas kau jadi tahu kalau bakatmu mungkin bukan penyanyi.."
Kalimat singkat itu menguatkan saya, sekaligus jadi pembuktian diri sendiri apakah bakat saya adalah menjadi penyanyi atau bukan.Â
Maklum saja, di usia remaja saat itu, saya memang sengaja mengikuti semua hal yang ingin saya lakukan (selama positif), sambil meyakini dan menemukan, kalau "ini" lah ternyata yang menjadi passion saya. Ternyata passion juga bisa dicoba-coba sampai akhirnya menemukan apa yang sekarang saya tekuni.
Singkatnya, orang yang mengatakan "antriannya panjang" tadi mendadak keluar dari barisan dan menghilang entah ke mana.Â
Saya yang tetap di barisan hingga ke penjurian, alhamdulillah tidak diterima untuk masuk ke penjurian dengan "artis" selanjutnya.
***