"Semua akan baik jika kau melihatnya dari sudut yang tepat, dan semua akan buruk jika kau melihatnya dengan kacamata yang salah" (TauRa)
Sempat hilang dan kini timbul lagi, RUU minuman beralkohol tentu saja menarik untuk dilihat dari berbagai aspeknya. Illiza Sa'aduddin Jamal dari Fraksi PPP yang merupakan salah satu penggagas RUU ini misalnya, tentu saja melihat RUU ini punya urgensi tertentu hingga akhirnya perlu untuk diundangkan, apalagi jika melihat efek buruk yang bisa dihasilkan dari minuman beralkohol ini dan turunan efeknya.
Lain orang tentu lain lagi pandangannya. Apalagi yang memandangnya punya kepentingan di dalamnya. Contoh sederhananya begini. Kalau Anda penjual bakso, lalu tiba-tiba bakso dilarang untuk di jual, tentu pedagang bakso akan ngamuk, ngomel dan mungkin saja akan melakukan demonstrasi besar-besaran. Tidak hanya di kota tertentu, bahkan mungkin di seluruh Indonesia.
Kenapa? karena mereka adalah pedagang bakso dan mereka berdampak langsung terhadap aturan itu. Adapun masyarakat yang terbiasa makan bakso, mungkin mereka tidak akan melakukan demonstrasi.Â
Kenapa? Karena mereka tahu, kalau banyak alternatif lain yang bisa dimakan selain bakso. Ada misop, ada soto, ada mie ayam, ada sop dan lain sebagainya.Â
Hal ini juga berlaku untuk wirausahawan, termasuk dalam hal ini yang berkaitan dengan RUU Minol ini. Oknum yang berkaitan dengan minol ini pasti punya pandangannya sendiri, begitu juga dengan oknum yang tidak berkaitan dengan hal ini juga punya view nya sendiri.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana umumnya sikap orang dalam menyikapi RUU minol ini? Minimal ada 4 Tipe orang dalam menyikapinya. Mari kita lihat.
1. Reaktif
Ini tipe yang langsung kritis, gusar dan menyuarakan dengan cadas tentang aspirasinya kalau RUU ini sebaiknya tidak dilaksanakan, tidak diteruskan pembahasannya, dihentikan karena akan merugikan dan lain sebagainya.
Meski tipe ini belum melihat substansi mengapa RUU ini dibahas, tetapi tipe reaktif ini sudah langsung melihat dampaknya (terhadap diri dan mungkin usahanya) yang buruk, sehingga merasa hal ini akan merugikan, tentu saja dari aspek sudut pandangnya sendiri.
Bisa jadi tipe ini adalah mereka yang memang beraktivitas diseputaran minol dan turunannya. Sudut pandangnya tentu saja tetap perlu didengarkan meski pada akhirnya keputusan tetaplah di tangan pengambil keputusan.
2. Proaktif
Tipe ini biasanya mengedepankan riset, mencari tahu landasan berpikir anggota dewan kita, sumber-sumber yang terkait dan mengolahnya dalam internal pikirannya sebelum kemudian dapat menyimpulkan sesuatu secara lebih presisi dan (bisa jadi) bijaksana.