Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Lebih Keras Berjuang, Rezeki Menemuimu atau Kau Menjemputnya?

27 September 2020   19:39 Diperbarui: 27 September 2020   19:42 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rezeki menemui kita lebih cepat dibanding usaha kita menemuinya (sumber:daaruttauhiid.com)

Setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik, semua orang di seluruh belahan dunia sibuk untuk mengejar rezeki. Pertama mari kita koreksi bersama, rezeki tidak harus dikejar. Karena kalau dia dikejar, otomatis bisa dapat bisa juga tidak. Contoh, mengejar ayam. Apakah ayam nya pasti dapat? Belum tentu. Bisa dapat bisa tidak.

Sama, rezeki pun demikian. Kalau ada yang mengatakan mengejar rezeki, maka bisa dapat bisa tidak. Padahal, apakah ada manusia bahkan semua makhluk di dunia ini yang tidak dapat rezeki? tentu jawabnya tidak.

Uang hanya sebagian kecil dari rezeki yang sering didefinisikan orang. Mata bisa melihat, rezeki. Hidung bisa mencium, rezeki. Kaki bisa jalan, rezeki. Telinga bisa mendengar, rezeki. Masih ada iman, rezeki besar. Masih ada napas pun rezeki. dan ada triliunan lagi rezeki yang bahkan sampai diilustrasikan seluruh ranting pohon menjadi pena dan lautan menjadi tinta, tidak akan mungkin bisa menuliskan tentang rezeki yang diberikan Allah, sang Pencipta kepada manusia dan seluruh makhluknya. Sampai disini sudah oke ya..?

Jadi yang lebih tepat, rezeki itu tinggal kita jemput, karena esensinya ia sudah ada dan tersedia bahkan disediakan oleh Tuhan. Nah, pertanyaan selanjutnya tentu saja adalah, siapa yang harus berjuang lebih keras untuk menemui, apakah rezeki menemui kita atau kita yang menemui rezeki? ini yang akan coba kita kupas dan menjadi bahan renungan kita sejenak di tengah kesibukan dunia yang katanya tiada habisnya.

Kau Menemui Rezeki

Oke, katakah lah kau kerja di kantor. Setiap pagi kau berangkat ke kantormu, lalu bekerja dengan baik dan di akhir bulan kau mendapatkan apa yang banyak orang sebut sebagai rezeki (bagian dari rezeki) yaitu gaji.

Mari kita lihat usahamu. katakan lah kau harus bangun pagi, mandi, dan berangkat ke kantor. Katakan lah habis waktu 1 jam dari persiapan sampai kau berangkat dan tiba di kantor. Oke, kita tambah lah menjadi 2 jam. Sepertinya cukup 2 jam. Asumsi persiapan 1 jam plus sarapan dan perjalanan 1 jam.

Jika kau melakukannya selama 5 hari dalam seminggu maka kau akan butuh waktu 10 jam untuk hal yang kau sebut dengan menjemput rezeki ini. Banyak? lumayan. Belum lagi dihitung 8 jam kerjamu dalam 1 hari, sehingga total 10 jam dalam 1 hari adalah waktu bekerjamu plus persiapan di pagi hari atau 11 jam jika ditambah dengan jam pulang kantor yang juga 1 jam.

Jadi total perjuanganmu menjemput sebagian rezeki dalam bentuk gaji itu adalah 11 jam perhari. Ini juga berlaku bagi pekerjaan lain dan silakan sesuaikan. Banyak? relatif. Nanti kau akan bisa memutuskan setelah tahu bagaimana perjuangan rezeki menemuimu.

Sekarang mari kita lihat perjuangan rezeki.

Rezeki Menemuimu

Kalau kita kupas semuanya, rasanya akan sangat tidak tidak berimbang (dengan dua kali pengulangan tidak). Saya akan mengambil contoh kecil saja, yaitu satu piring nasi (sebagai sampel dari sebagian rezeki yang menjumpaimu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun