"Bias for action was propelling us to behave in unproductive ways"
Terjemahan bebasnya adalah : "kesalahan dalam memaknai tindakan telah melemparkan kita untuk bertingkah dengan cara yang tidak produktif"
Jika banyak orang yang mengatakan kalau "action" adalah kata kunci untuk mencapai sukses yang kita inginkan, maka jawabnya bisa saja benar, selama cara "action" yang dilakukan tepat.
Sebaliknya, banyak orang yang ternyata sudah melakukan action selama bertahun-tahun, apakah di kantor nya, di rumah tangga nya, dan di lingkungan nya, tetapi tetap tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perubahan dirinya. Apakah ada yang salah terhadap action yang dia lakukan itu?Â
Saya akan coba menjawabnya dengan sebuah pepatah arab yang berbunyi "
"Fakkir Qabla An Ta'Zhiima"
Yang terjemahan bebasnya adalah : "Berpikirlah dahulu sebelum berkehendak"
Jika dalam berkehendak atau berkeinginan saja disyaratkan untuk berpikir dahulu, apalagi untuk melakukan sebuah tindakan? tentu saja harus berpikir dahulu. Tetapi tentu saja kadar berpikirnya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan (terkait hal ini sudah pernah saya bahas di tulisan sebelum nya, sile dibaca kembali)
Dengan melakukan proses berpikir yang benar, maka tindakan yang kita lakukan akan produktif, tidak seperti apa yang disampaikan ungkapan pembuka di atas.
Dalam sebuah penelitian yang di bahas dalam sebuah buku yang berjudul "Leadership Unchained" yang ditulis oleh Sara Canaday, seorang Leadership Expert, dia meneliti terhadap 286 tendangan penalti dalam sebuah kejuaraan sepakbola. Dia mengamati kalau hampir semua penjaga gawang pasti berdiri di tengah pada saat sebelum penalti di ambil dan sebagian besar dari mereka tidak bergerak sebelum si penendang penalti menendang bolanya.
Ternyata, kiper yang bergerak ke salah satu arah (kiri atau kanan) berpeluang lebih besar untuk menahan penalti di banding hanya tetap berada di tengah garis gawang.Â
Dan dia juga menemukan kalau hanya 6% penjaga gawang yang hanya tetap di garis tengah pada saat bola tendangan penalti di tendang. Ketika ditanyakan mengapa hal ini (bergerak ke kiri atau kanan) dilakukan oleh penjaga gawang itu? Mereka menjawab, lebih baik ada pergerakan daripada mereka dianggap sebagai kiper yang malas.