kandidat yang pantas maju di pesta demokrasi tahun 2024 dalam pemilihan presiden.
Dalam sebuah "perdebatan" kecil yang cukup berbobot (karena orang-orang yang berdebat cukup punya pemahaman politik yang memadai minimal dari latar belakang pendidikan mereka), dua orang teman sedang menyampaikan argumennya tentangAndi (nama samaran teman saya), cukup menjagokan kandidat baru, sosok muda dan penuh inspirasi yang menjadi calon ideal bagi pemimpin bangsa ini. Rey (nama samaran teman yang lain) lebih menjagokan tokoh-tokoh politik lama dan sudah berpengalaman makan asam garam dunia politik.
Saya hanya mendengarkan saja argumen yang menarik itu karena tentu saja akan menambah khazanah pemahaman saya tentang bagaimana rakyat melihat calon yang ideal untuk pemimpinnya ke depan.
Perdebatan akhirnya sampai menyebut satu nama yang di anggap telah gagal dan tidak selayaknya lagi dicalonkan pada kesempatan periode selanjutnya yaitu sosok Prabowo yang sekarang menjadi Menteri Pertahanan.
Ketika perdebatan hanya menyampaikan argumen, tentu itu biasa. Tetapi ketika sudah menyatakan pendapat yang seolah-olah kita lebih baik dari yang lain, maka tentu sebagai manusia apalagi sesama teman, kita perlu saling mengingatkan bahwa semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga tidak perlu merasa diri lebih baik.
Saya masuk dalam diskusi itu dan bertanya ke teman saya tadi.
"Oya, emangnya kapan ya Prabowo kalah dalam Pemilu..?" tanya saya tenang.
"Ya ampun, bro, kemana aja lu? Dia itu dulu pernah cawapres Megawati, Gagal. Jadi Capres sendiri tahun 2014, gagal lagi. Tahun 2019 kemarin bersama Bang Sandi, Gagal lagi, masak lu lupa bro..?" jelas teman saya panjang lebar.
Ekspresi teman saya yang lain sedikit berubah dan sepertinya dia tahu kalau saya mau masuk "berdebat" sekarang.
"Gagal itu terjadi ketika Kau Berhenti mengejar Mimpimu, Selagi kau belum berhenti, maka itu Bukan Gagal, itu hanya belum berhasil" (TauRa)
Bro, semua kejadian yang Prabowo alami yang lu sebutin tadi, dia hanya kalah dalam sebuah kontestasi politik dalam hal ini pilpres, tetapi dia tidak gagal, selagi dia masih mau mencoba dan mengejar mimpinya menjadi presiden dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Dia hanya belum terpilih oleh rakyat pada periode itu, tetapi siapa tahu pada kesempatan lain ketika dia mencoba hasilnya berbeda.
Poin saya adalah, selagi seseorang berusaha mengejar mimpinya dan dia tidak berhenti, maka dia tidak layak disebut gagal, hanya belum terjadi dan belum sampai mimpinya itu. Dan kapan dia dikatakan gagal? ketika dia sudah berhenti mengejar mimpinya itu, maka pada saat itu lah seseorang dapat dikatakan gagal.