Mohon tunggu...
Takhul Bakhtiar
Takhul Bakhtiar Mohon Tunggu... Penulis - Freelance

Tulisan Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Kelahiran Tahun 97-98

13 Juni 2020   11:43 Diperbarui: 18 Juni 2020   07:52 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://mediaindonesia.com/read/detail/162700-nasib-anak-teroris-jangan-dilupakan

Entah apa yang terjadi dengan kelahiran di tahun 1997 dan 1998. Banyak orang  mengatakan kalau  kelahiran tahun  1997-1998 adalah generasi yang kurang beruntung. Kenapa demikian? 

Pertama, pada saat tahun 1998 terjadi krisis moneter yang kata orang dahulu  merupakan krisis ekonomi terburuk di Indonesia. Pada saat itu Rupiah melangit, peristiwa demo secara besar-besaran, kerusuhan dimana-mana  dan konflik yang menyebabkan berjatuhan korban jiwa. Banyak orang tua pada zaman dulu bilang, sulitnya memenuhi kebutuhan sandang pangan sehingga banyak anak yang mengalami lambatnya pertumbuhan. 

Kedua, waktu kelas 6 SD, saya menjalani ujian kelulusan ( dulu sih namanya UN  kalo tidak salah) dengan 5 Paket Ujian Nasional itupun pertama kalinya dilakukan ujian dengan 5 paket. Lalu, saat saya mau ujian nasional SMP  paket soal pun menjadi 20 paket apa nggak ngeri tuh? hehehe. 

Ketiga, ketika mulai masuk SMA  saya langsung memakai kurikulum baru ,  bernama Kurikulum 2013 atau bahasa kerennya dulu sih K-13. Saya masih ingat dulu ketika melakukan pembelajaran di kelas harus memakai nametag yang dikalungkan atau nomor absen agar mudah dikenali gurunya.  Pada dasarnya kuikulum ini siswa dituntut  lebih aktif, kritis dan berkarakter. 

Pembelajarannya pun lebih banyak melakukan diskusi  agar para siswa lebih meng-explore pengetahuan yang seluas-luasnya. Namun kenyataannya? 

Keempat, karena adanya pandemi COVID-19 membuat para mahasiswa menunda tugas akhir ataupun penelitian mereka. Virus ini membuat para mahasiswa dipulangkan kedaerah asal dan adanya himbauan social distancing serta lockdown di beberapa daerah.  

Akhirnya jika ingin terus menjalankan tugas akhirnya ,dilakukan secara daring. Sistem perkuliahan dan pembelajaran juga berlangsung secara daring, hal ini membuat konsumsi kuota paket internet membengkak drastis! 

Namun apalah daya, mau bagaimana lagi ? Ini lah uraian kisah sedih yang kelak  akan menjadi kisah klasik dan guyonan di masa tua nanti. Sekaligus berharap agar selalu  diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan sehari-hari.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun