Cerita perempuan ekologi di Nusa Tenggara Timur merupakan refleksi bahwa saat ini pembangunan yang dilakukan mengikuti gaya pembangunan-pembangunan ekonomi kapitalis yang hanya berorientasi pada pertumbuhan pembangunan dengan menjadikan objek sasarannya adalah sumber daya alam.
Hutan, tanah, air, udara dan berbagai spesies yang ada didalamnya secara perlahan bergerak menuju kematian. Manusia dengan teknologinya justru menciptakan kebutuhan yang semakin lama semakin panjang daftarnya yang bermula hanya pada sandang, pangan, papan, kini menambah barisan panjang dibelakangnya seperti transportasi, tempat wisata, dan tambang semakin tumbuh tiada hentinya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai maskot pembangunan yang menjadi awal dari krisis ekologi saat ini.
Ekofeminisme mengupayakan memecahkan masalah kehidupan manusia dan alam yang berangkat dari pengalaman perempuan dan menjadikannya sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam pengelolaan dan pelestarian alam.
Hal ini juga berarti memberikan ruang (akses) yang sama (adil dan setara) bagi perempuan bersama-sama laki-laki dalam pengelolaan dan pelestarian alam. Ekofeminisme dilekatkan pada mereka yang mempunyai cara pandang feminisme dan berperan serta untuk menciptakan dunia baru yang feminis dan ekologis.
Seperti cerita di bawah ini dimana perempuan NTT harus bergelut mempertahankan ruang hidupnya dari berbagai ancaman pembangunan itu sendiri dan harus mengalami berbagai Tindakan kekerasan. Ini merupakan akumulasi dari kebijakan pembangunan yang mengabaikan kearifan lokal dan lingkungan.
Cerita perempuan pejuang ekologi di NTT yang dilakukan oleh WALHI NTT adalah bagian dari memperingati Hari Bumi 22 April 2023.Â
ujuannya untuk memperkuat solidaritas perempuan dalam melindungi lingkungan hidup dan sekaligus sebagai ruang berbagi pengalaman perempuan menyelamatkan lingkungan di komunitasnya masing-masing, seperti dalam pengantar awal diskusi bahwa saat ini kerusakan alam mengakibatkan perempuan terdampak, terpinggirkan dari akses dan kebutuhannya.
Seperti apa perjuangan perempuan NTT melestarikan alam dan sejauh mana mereka bertahan dari masifnya kebijakan pembangunan ekstraktif yang mengancam ruang hidupnya?
"Saya menjadikan sorgum sebagai bagian dari hidup saya" Maria Loreta pengagas Gerakan Pangan Lokal Sorgum di NTT
Maria Loreta salah satu aktivis perempuan NTT mendedikasikan dirinya untuk melestariakn pangan lokal sorgum, ia mengajak komunitas perempuan melakukan upaya pelestarian pangan lokal agar tidak punah, "Saya menjadikan sorgum sebagai bagian dari hidup saya."