Halo sodara-sodara, ketemu lagi neh di Kompasiana, kali ini gua mau bercerita tentang kunjungan pertama kali gua ke Baduy. Jadi hari sabtu 22 Juli kemarin, gua mendapatkan kesempatan berkunjung ke Kawasan Baduy bareng temen-temen di Komunitas KPK dan Koteka. Pastinya seneng banget ketika kesempatan ini datang, karena gua emang udah lama banget pengen ke Baduy, mungkin dari jaman kuliah kali, tapi ga pernah cocok aje waktu sama kesempatannya.
Dengan menumpang kereta dari Stasiun Duren Kalibata, Gua berangkat menuju Stasiun Tanah Abang tempat titik point kita berkumpul, Sekitar setengah delapan gua tiba di Stasiun Tanah Abang dan sudah bertemu dengan teman-teman yang akan berangkat ke Baduy. Akhirnya dengan menumpang KRL kita berangkat menuju Rangkas Bitung. Menempuh perjalanan sekitar dua jaman, akhirnya kita tiba di Rangkas Bitung dan dari sini kita melanjutkan perjalanan menuju Terminal Ciboleger di Baduy dengan menyewa angkot.
Gua yang emang penasaran banget sama Baduy, semakin tidak sabar pengen cepet-cepet sampai di Baduy. Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, kita sampai di Terminal Ciboleger, titik pemberhentian di Baduy. Wuih seneng banget karena akhirnya gua menginjakan kaki di tanah Baduy, yang ditandai dengan patung sebuah keluarga lengkap dengan anak-anaknya yang menjadi ikon di Terminal Ciboleger dan pertanda Anda sudah sampai di Baduy.
Begitu mulai memasuki Kawasan Baduy, semua gambaran tentang Baduy yg selama ini gua tahu langsung menjadi pemandangan yang menyenangkan untuk dinikmati. Mulai dari warga Baduy yang berpakaian hitam khas dan belakangan gua tau nama baju tersebut adalah baju kampret sampai semua yg khas Baduy tersaji di sepanjang kita memasuki kawasan Baduy.
Mulai dari madu, tas khas baduy, batik, sampe baju kampret banyak dijajakan disini. Beruntung kami kenal dengan pemuda Baduy yang asoy memandu kami disana. Iya, namanye si Ojan yang setia menemani kami selama disana. Ojan juga mengajak kami mampir ke rumahnya untuk menikmati makan siang bersama. Di rumah Ojan, gua merasakan nuansa yang tenang dan enak, sambil duduk di teras depan menyantap hidangan yang siang itu Nampak begitu menggugah selera. Mulai dari ikan asin, petai, tempe, tahu sampai nasi dan sambal semuanya terasa begitu nikmat untuk disantap bersama teman-teman.
Sajian yang sederhana tapi rasanya nikmat luar biasa, bisa merasakan makanan yang mungkin di kota sudah jarang kita temui. Tidak hanya makan siang, di rumah Ojan ini kami juga menyempatkan diri untuk membeli produk-produk khas Baduy yang dijajakan sama Ojan. Gua yang emang dari rumah udah ngincer madu, akhirnya gua beli sebotol madu Baduy. Belum cukup, gua juga membeli Baju Kampret yang merupakan baju khas Baduy yang juga menarik perhatian gua. Tidak lupa, gua juga membeli kain khas Baduy yang gua sematkan di tas punggung kesayangan.
Puas belanja-belanja, gua dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Jembatan Akar. Dalam bayangan gua, jembatan yang terbentuk dari akar pohon kayanya seru neh, pemandangan nya juga keren pastinya. Perjalanan menuju jembatan akar sungguh bukan perkara mudah sodara-sodara. Mulai dari jalan akses menuju jembatan akar yang penuh tantangan dengan batu-batu yang terjal. Untungnya supir angkot yang kami tumpangi sangat mahir melewati rintangan jalan bebatuan yang terjal.