Mendengar nama Andrea Bocelli mungkin sudah tidak asing lagi buat kita para pecinta musik-musik opera. Lantunan suara merdu nan indah selalu menghiasi panggung-panggung di mana Andrea Bocelli bernyanyi.
Namun siapa sangka, ternyata jalan panjang penuh kesunyian harus dilalui sang maestro opera untuk bisa menjadi penyanyi opera yang dikagumi banyak orang di dunia. Cerita ini tergambar dari film biografi yang mengangkat kisah hidup penyanyi asal negeri pizza ini dalam The Music of Silence.
Film yang dirilis sejak 2 Febuari 2018 ini menggambarkan Andrea Bocelli dalam sosok Amos Bardi. Di Kota Tuscany, Italia, Amos lahir dari keluarga harmonis. Sang ayah memiliki perkebunan anggur dan zaitun dan ibunya begitu mencintai putra pertamanya itu.
Sejak kanak-kanak, Amos telah didiagnosis glaucoma ocular yang membuat penglihatannya terganggu. Namun begitu, Amos kecil tumbuh layaknya anak-anak biasa yang menikmati bermain di kebun ayahnya yang sangat luas.
Bahkan Amos kecil suka menunggangi kuda ayahnya meskipun dia menyadari pandangannya terbatas untuk melihat arah kuda berjalan. Amos kecil juga tertarik dengan musik-musik opera yang membuatnya terkesima setiap kali telinganya mendengarkan musik lewat sebuah radio kuno.
Adalah sang paman yang membuat Amos tertarik mendengarkan musik-musik opera dari penyanyi terkenal Italia seperti Franco Corelli dan Beniamino Gigli. Bahkan sang paman yang bernama Giovanni ini juga selalu bercerita tentang lirik-lirik lagu Beniamino Gigli yang membuat Amos kecil akhirnya memiliki cita-cita ingin menjadi penyanyi opera.
Amos kecil bahkan mulai berani menunjukan bakatnya bernyanyi di dalam keluarga. Kehadiran sang paman sedikit banyak membentuk watak dan karakter Amos kecil untuk percaya diri bernyanyi di hadapan anggota keluarganya.
Tidak hanya itu, sang paman bahkan sesekali mengajak Amos kecil bernyanyi di sebuah pub untuk menunjukan bakatnya kepada orang-orang di sekitar tempat tinggalnya. Dari sini Amos kecil semakin yakin dapat mewujudkan harapannya menjadi penyanyi opera suatu hari nanti.
Bahkan ketika Amos dimasukan ke sekolah luar biasa khusus anak-anak tuna netra dia tetap menunjukan bakat musiknya di hadapan teman-teman sekelasnya. Pelajaran seni musik menjadi favoritnya karena Amos bisa menunjukan bakatnya bernyanyi.
Salah satu scene yang menjadi favorit saya di The Music of Silence adalah ketika Amos diminta bernyanyi sendiri oleh ibu gurunya. Kemudian dengan iringan piano sang guru, Amos bernyanyi salah satu lagu Franco Corelli dengan merdu dan membuat ibu gurunya terharu. “Tidak pernah ada seorang pun yang bernyanyi seindah ini untuk saya” ujar sang guru penuh haru.