Anak berkebutuhan khusus. Begitu mereka menyebutnya. Tapi, mereka tetaplah ciptaan Tuhan paling sempurna. Sama seperti kita. Bahkan mungkin mereka mempunyai keistimewaan yang jauh melebihi kita. Lalu bagaimana penanganan yang tepat bagi mereka, agar mereka tetap dapat memancarkan sinar terbaiknya ?
      Menerima. Mudah memang mengatakannya, tapi tidak dengan melakukannya. Menerima adanya mereka di sekitar kita adalah hal pertama yang harus kita lakukan. Membuat mereka menyadari bahwa mereka juga sama berharganya dengan kita. Jika kita saja yang mempunyai fisik dan mental yang lengkap tidak mempunyai kepekaan untuk menerima dan bersahabat dengan mereka, bagaimana kelangsungan hidup mereka di masyarakat nantinya ? Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang harus disembunyikan dari kalangan umum. Mereka bukan momok menyeramkan yang harus dihindari layaknya virus berbahaya. Mereka sama indahnya dengan kita.
      Anak dengan kebutuhan khusus adalah aset yang harus mendapat perhatian bukan hanya dari orang tuanya tetapi juga kita sebagai sesamanya yang mengaku memiliki jiwa sosial. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan dukungan dan semangat dari kita, bukan cemoohan atau bahkan olokan. Sungguh tidak etis ketika sebutan autis menjadi bahan olokan. Sebutan itu bukanlah olokan, itu adalah sebuah kondisi yang berusaha dikalahkan oleh anak-anak yang menderitanya.
      Pada hari ini, sudah tidak terhitung lagi jumlah anak berkebutuhan khusus yang justru tidak mendapat perwatan serta pengasuhan sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan penolakan-penolakan tersebut lebih sering datang dari orang tua atau keluarga mereka sendiri. Miris. Padahal orang-orang tersebut adalah tempat pertama seorang ABK mencari perlindungan. Banyak orang tua yang merasa malu, merasa rendah hanya karena mereka memiliki seorang ABK dalam anggota keluarganya. Sungguh sesuatu hal yang sangat disayagkan, melihat seorang ABK adalah anak yang mempunyai begitu banyak bakat yang mungkin dia lebih berbakat dari pada kedua orang tua atau saudara-saudaranya yang lain.
      Keadaan yang lebih parah pada ABK dapat terjadi jika orang tua mereka tidak mengetahui atau belum mengetahui jika buah hati mereka adalah seorang ABK. Masalah ini sering terjadi pada ABK dalam bidang kesulitan belaar, seperti disleksia. Pada ABK jenis ini, banyak orang tua yang menganggap anaknya bodoh, tidak mau belajar, pemalas dan lain sebagainya. Padahal, anak dengan kesulitan belajar seperti disleksia hanya membutuhkan perhatian serta penangan khusus. Ketika mereka mendapatkan penanganan yang tepat, mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan jenius.
      ABK adalah sama seperti kita. Mereka juga ingin diterima, dihargai, bahkan mereka juga ingin berkarya melebihi kita. Kita harus bisa menjadi pelindung bagi mereka seta membuat mereka percaya diri dengan dirinya sendiri, serta membuat mereka nyaman berada di lingkungannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI