Mohon tunggu...
Healthy

Belajar Tanggung Jawab dengan Konsep Scaffolding

1 Desember 2016   18:59 Diperbarui: 1 Desember 2016   19:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 Selama ini apakah anda mengamati seberapa sering seorang anak berusia 5 tahun mengerjakan tugasnya tanpa bantuan orang lain ? Ternyata sesuatu hal tentang mengerjakan tugas pada usia 3-6 tahun dalam Psikologi Perkembangan mempunyai sebuah teori yang terangkum dalam teori perkembangan milik Vygotsky. Teori Vygotsky sendiri menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Dalam teori ini, anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial. Anak-anak menyusun pemikiran dan pemahamannya terutama melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks kultural di mana mereka tinggal (Gredler, 2008; Holzman, 2009)

 Pada teori Vygotsky terdapat Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development/ZPD), yaitu istilah Vygotsky untuk rentang tugas-tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri namun dapat dipelajari melalui bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. ZPD sendiri memiliki batas bawah dan batas atas. Batas bawah ZPD adalah level pemecahan masalah yang dapat dicapai anak jika bekerja sendiri. Sedangkan batas atas ZPD yaitu, level tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak jika dibantu oleh instruktur atau pembimbing yang mampu. 

 Konsep yang berkaitan erat dengan gagasan mengenai ZPD adalah konsep mengenai scaffolding. Scaffolding berarti mengubah level dukungan. Dengan menggunakan konsep ini, kita dapat menyesuiakan bentuk dukungan atau pengajaran yang akan diberikan oleh seorang pembimbing kepada anak. Jika level kompetensi anak mulai meningkat, kita dapat mengurangi bentuk bimbingan atau instruksi yang kita berikan. Hal ini dapat melatih anak untuk mulai memecahkan masalah atau tugasnya secara individu. 

 Pemberian tugas kepada seorang anak dapat melatih kemampuan bertanggung jawab sejak dini. Namun pemberian tugas ini juga harus kita sesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Pemberian tugas kepada anak usia 6 tahun tidak dapat disamakan dengan pemberian tugas kepada anak usia 4 tahun. Semakin tinggi usia anak, maka tugas yang dapat kita berikan juga bisa semakin sulit, sesuai dengan perkembangan kognitif anak. 

Namun, kita tidak dapat langsung membiarkan anak menyelesaikan tugasnya secara individu. Pemberian tugas, terlebih tugas yang baru harus diimbangi dengan bimbingan awal dari orang yang lebih mampu. Agar anak mengetahui cara pengerjaan tugas tersebut. Begitupun ketika anak sudah mulai menguasai tugas, kita tidak boleh terus-menerus memberikan bimbingan, karena dapat menghambat perkembangan anak. 

 Selain pemberian tugas, kita juga bisa mulai membiasakan anak untuk membantu memecahkan masalah ringan yang sering dia hadapi. Contoh, jika seorang anak minta dibuatkan susu coklat, ibu bisa mulai mengajarkan anak untuk membantu, seperti mengambilkan sendok. Tentunya hal tersebut harus dengan pengawasan orang yang lebih dewasa. 

 Menurut saya pribadi teknik atau konsep scaffolding ini merupakan konsep yang bagus sebagai alternatif lain mengajarkan rasa tanggung jawab kepada anak tanpa membuat anak merasa terbebani. Lewat konsep ini juga, kita bisa mulai mengajari anak untuk mengukur kemampuan dirinya sendiri. Masalah atau tugas seperi apa yang sekiranya anak dapat mengerjakan secara individu dan tugas seperti apa yang harus mendapat bimbingan dari orang dewasa. Bagi kalian para pembaca mungkin dapat mulai menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari jika memang dianggap cocok untuk perkembangan buah hati tercinta. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun