Mohon tunggu...
Taufiq Zduroikhan
Taufiq Zduroikhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rekam Jejak Pikiran Dalam Aksara

Keberuntunganpun butuh pengetahuan bahwa itu dalah sebuah keberuntungan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kode Etik Psikologi dalam Terapi ABA (Applied Behavioral Analysis)

1 Juni 2022   19:45 Diperbarui: 1 Juni 2022   19:48 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memiliki anak yang sehat, aktif, dan cerdas tentu menjadi dambaan semua orangtua. namun, tak semua harapan itu selalu terwujud. Tak sedikit orangtua dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang merasa mimpinya hancur. Menerima kenyataan menjadi kunci penanganan pertama anak berkebutuhan khusus. Menurut psikolog Roslina Verauli M. Psi, dari perspektif klinis, anak berkebutuhan khusus biasanya disebut sebagai anak dengan tumbuh kembang yang abnormal. Disebut abnormal, lanjutnya, karena memiliki beberapa perbedaan dengan anak normal.

Penanganan anak berkebutuhan khusus, memerlukan keberpihakan kultural dan struktural dari berbagai pihak baik orangtua, masyarakat dan pemerintah. Hal ini karena masih adanya pemahaman yang keliru dan sikap diskriminatif terhadap anak berkebutuhan khusus di lingkungan keluarga dan masyarakat, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal. Selain itu anak berkebutuhan khusus rentan mendapatkan kekerasan dan perlakuan salah. Dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus, para pendamping memerlukan pengetahuan tentang anak-anak tersebut, keterampilan mengasuh dan melayaninya. Anak berkebutuhan khusus perlu mendapat dorongan, tuntunan, dan praktek langsung secara bertahap. Potensi yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus akan tumbuh berkembang seiring dengan keberhasilan peran pendamping dalam memahami dan memupuk potensi anak-anak tersebut.

Anak-anak berkebutuhan khusus biasanya juga disebut anak spesial. Sesuai namanya, maka kebutuhan, pola pengasuhan, dan pendidikannya juga spesial, karena kebutuhannya berbeda dari tumbuh kembang anak pada umumnya. Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara atau pengobatan yang ditawarkan untuk menyembuhkan autisme. Para orang tua harus lebih berhati-hati dalam menerima berbagai tawaran pengobatan anak dengan autis, agar tidak kecewa setelah mengeluarkan banyak uang namun hasil yang diharapkan tidak tercapai. Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan perkembangan, sehingga terapi yang dibutuhkan perlu dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Di samping itu, terapi harus dilakukan oleh ahli profesional (seorang psikolog)  secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda. Salah satu terapi yang bisa menjadi pilihan adalah terapi ABA ( Applied Behavioral Analysis), terapi ini adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didesain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

Sampai saat ini tidak ada tes diagnosa autisme yang digunakan secara universal, biasanya, psikiatri menggunakan kriteria APA (American Psychiatric Association) tahun 2000 yang berfokus pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta pola-pola tingkah laku repetitif dan stereotip. Perilaku perilaku tersebut muncul sebelum usia tiga tahun. Kriteria tersebut ditambah lagi dengan observasi tingkah laku dari ahli klinis dan guru atau orang tua berupa ceklis tingkah laku.

Penanganan anak autis menggunakan metode terapi ABA ( Applied Behavioral Analysis) telah memperhatikan banyak hal salah satunya disesuaikan dengan kode etik. Pemberihan intervensi pada terapi ini telah disesuaikan dengan kode etik tepatnya pada bab X11 tentang intervensi yang berbunyi, “Intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif maupun kuratif”. Terapi ABA ( Applied Behavioral Analysis) telah disusun secara sistematis, dan terencana serta telah disesuaikan dengan kebutuhan anak autis.

Pemberian terapi ini juga disesuakan dengan kaidah yang tertera dalam kode etik psikologi. menurut kode etik yang dikeluarkan oleh HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dalam pasal 72 Ayat 2 dijelsakan bahwa “Terapi psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur baku berdasar teori yang relevan dengan ilmu psikoterapi. Istilah untuk subyek yang menjalani layanan terapi psikologi adalah klien. Terapi psikologi disebut Psikoterapi. Terapi psikologi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Orang yang menjalankan terapi psikologi disebut psikoterapis”. Seperti yang telah dijelaskan bahwa terapi ABA ( Applied Behavioral Analysis) menggunkan landasan teori reinforcment yang direfleksikan dengan pujian, senyum dan hal positif lainnya untuk keberhasilan anak autis dalam menjalankan kegiatan. Serta tidak memberikan reinforcment negative saat anak autis tidak mampu melaksanakan tugasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun