Mohon tunggu...
Taufiqul Kamal
Taufiqul Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari Kampus Institut Agama Islam Tazkia Bogor, program studi Manajemen Bisnis Syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berjuta Problematik akibat Utang: Bagaimana sih Konsep Utang dalam Perspektif Islam?

31 Maret 2024   03:20 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:00 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Utang dalam Islam, yaitu dain atau qord merupakan transaksi yang dibenarkan dengan beberapa aturan dan prinsip yang jelas. Secara terminologi Baik dain maupun qord sama-sama berkaitan dengan utang piutang dalam Islam, namun memiliki cakupan yang sedikit berbeda:

1. Dain (): Secara umum, dain berarti utang. Pengertian dain lebih luas, mencakup segala jenis kewajiban finansial yang harus dipenuhi. Ini bisa berasal dari:

  • Akad Qard (pinjaman): Ini adalah utang yang terjadi karena kesepakatan pinjam-meminjam.
  • Akad Jual Beli kredit: Utang yang timbul karena membeli barang secara kredit.
  • Pengrusakan harta orang lain: Jika Anda merusak barang orang lain, Anda memiliki dain berupa kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut.

2. Qard (): Secara khusus, qard merujuk pada utang yang terjadi karena kesepakatan pinjam-meminjam uang atau barang. Fokusnya pada akad pinjam meminjam yang sifatnya suka sama suka dan tanpa imbalan (bunga).

Jadi, bisa dikatakan bahwa semua qard adalah dain, tetapi tidak semua dain adalah qard. Utang juga disebutkan didalam alquran yaitu pada surah al-Baqorah ayat 282 :

Artinya : "wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian berhutang sampai waktu yang telah ditentukan, maka catatlah"

A. Fungsi utang

Fungsi utama akad utang adalah memfasilitasi aliran dana yang diperlukan dalam masyarakat serta memungkinkan individu atau lembaga untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih fleksibel. Namun, penting untuk diingat bahwa pengambilan utang juga membawa tanggung jawab besar, baik bagi pihak yang memberi pinjaman maupun pihak yang meminjam, untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, dilakukan dengan itikad baik, dan dilunasi dengan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Beberapa aspek penting lainnya ialah:

  • Memenuhi Kebutuhan mendesak: Salah satu tujuan utama dari akad utang adalah untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mendesak atau untuk memperoleh dana tambahan yang diperlukan untuk keperluan tertentu, seperti pendidikan, kesehatan, atau investasi produktif.
  • Mengatasi Krisis Keuangan: Akad utang bisa menjadi solusi dalam mengatasi krisis keuangan atau situasi darurat yang memerlukan dana tambahan dalam waktu singkat.
  • Pengembangan Ekonomi: Utang juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan ekonomi, baik itu melalui investasi dalam bisnis atau proyek-proyek pembangunan yang membawa manfaat bagi masyarakat.
  • Pembelian Barang dan Jasa: Akad utang dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelian barang atau jasa yang diperlukan, terutama ketika pembayaran secara tunai tidak memungkinkan atau tidak efisien.
  • Pengembangan Hubungan Bisnis: Melalui akad utang, hubungan bisnis antara pihak yang memberi pinjaman dan pihak yang meminjam dapat diperkuat, sehingga membuka peluang-peluang kerjasama yang lebih luas di masa depan.

B. Ketentuan utang dalam islam:

  • Tanpa bunga: Salah satu prinsip utama dalam konsep utang Islam adalah larangan terhadap riba (bunga). Riba dianggap sebagai bentuk penindasan dan eksploitasi yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dalam Islam. Oleh karena itu, transaksi utang dalam Islam harus bebas dari unsur riba.
  • Disertai saksi: Disarankan untuk mencantumkan saksi saat akad hutang piutang untuk menghindari perselisihan di kemudian hari. Menyertakan saksi dalam akad hutang piutang syariah sangatlah dianjurkan. Hal ini membawa banyak manfaat, seperti memperkuat bukti transaksi, meningkatkan kepercayaan, mencegah ketidakadilan, dan mendorong kepatuhan terhadap syariah. Adapun mayoritas ulama sepakat bahwa minimal dua orang saksi diperlukan untuk sahnya akad hutang piutang. Akan tetapi dalam beberapa situasi, seperti hutang piutang dalam jumlah kecil, saksi tidak selalu diperlukan.
  • Dicatat dengan jelas: Mencatat hutang piutang dengan jelas merupakan langkah penting untuk menjaga hubungan yang baik antara peminjam dan pemberi pinjaman. Dengan mencatat hutang piutang dengan jelas, kita dapat menghindari kesalah pahaman, memudahkan pelacakan pembayaran, dan membantu menyelesaikan perselisihan. Jumlah hutang, tanggal jatuh tempo, dan detail lainnya harus dicatat dengan jelas.
  • Dilunasi tepat waktu: Dalam Islam, melunasi hutang tepat waktu adalah kewajiban yang harus dipenuhi, meninggalkan hutang tanpa melunasi dapat menjadi dosa dan beban di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Jiwa orang mukmin tertahan oleh hutangnya sampai hutang itu dilunasi." (HR. Muslim). Adapun keutamaan melunasi hutang tepat waktu antara lain: mendapatkan pahala, terhindar dari dosa, meningkatkan derajat di sisi Allah SWT, menjaga hubungan baik dengan pemberi pinjaman, menghadirkan ketentraman hati dari rasa cemas.

C. Hutang yang halal dan yang haram dalam islam

Dalam Islam, terdapat perbedaan antara utang yang dianggap halal (diperbolehkan) dan utang yang dianggap haram (dilarang) berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Penting bagi umat Islam untuk memahami perbedaan antara utang yang halal dan haram serta mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam mengelola keuangan mereka sesuai dengan ajaran agama. Dengan menjalankan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, individu dapat mendapatkan berkah dan perlindungan dari Allah SWT. Berikut adalah kategori antara keduanya:

1. Utang yang Halal:

  • Utang untuk Kebutuhan Primer: Utang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, atau pengobatan, umumnya dianggap halal dalam Islam.
  • Utang untuk Investasi Produktif: Utang yang digunakan untuk investasi dalam bisnis atau proyek produktif yang membawa manfaat ekonomi jangka panjang bagi individu atau masyarakat, juga dianggap halal.
  • Transaksi Syariah: Utang yang diambil dalam transaksi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti murabahah, ijarah, mudharabah, atau wakalah, tanpa adanya unsur riba (bunga), dianggap halal.
  • Utang dalam Kondisi Darurat: Dalam situasi darurat atau keadaan mendesak di mana seseorang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan yang penting, pengambilan utang juga dapat dianggap halal.

2. Utang yang Haram:

  • Utang untuk Transaksi Haram: Utang yang diambil untuk melakukan transaksi atau kegiatan yang dilarang dalam Islam, seperti perjudian, minuman keras, atau bisnis yang melanggar prinsip-prinsip syariah, juga dianggap haram.
  • Utang dengan Riba: Utang yang melibatkan pembayaran bunga atau riba atas pinjaman uang dianggap haram dalam Islam. Riba dianggap sebagai salah satu dosa besar dan diharamkan dengan tegas dalam Al-Quran.
  • Utang yang Tidak Mampu Dilunasi: Mengambil utang yang melebihi kemampuan untuk dilunasi atau tanpa perencanaan yang baik juga dapat dianggap haram, karena dapat menyebabkan masalah keuangan yang serius di masa depan.

D. Hukuman bagi orang yang tidak mau melunasi utang

Orang yang tidak mau membayar hutang dapat dikenai hukuman di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu berusaha melunasi hutang tepat waktu. Hukuman bagi orang yang tidak mau membayar hutang terbagi menjadi dua aspek:

1. Aspek Hukum:

a. Hukum Perdata:

  • Kreditur dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri untuk menuntut pembayaran hutang.
  • Jika terbukti wanprestasi, debitur dapat dihukum untuk membayar ganti rugi kepada kreditur.
  • Aset debitur dapat disita untuk melunasi hutang.

b. Hukum Pidana: Dalam beberapa kasus, seperti penipuan atau penggelapan, debitur dapat dihukum pidana.

2. Aspek Agama (Islam):

  • Dosa: Meninggalkan hutang tanpa melunasi adalah dosa besar dalam Islam.
  • Siksa Akhirat: Orang yang tidak mau membayar hutang akan dibalas dengan siksa di akhirat.
  • Dihalangi Masuk Surga: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang matinya dalam keadaan masih mempunyai hutang, maka hutangnya itu menjadi tanggungan ahli warisnya. Dan tidaklah seorang hamba yang beriman mati dalam keadaan masih mempunyai hutang dinar atau dirham, kecuali dia dihalangi untuk masuk surga." (HR. Tirmidzi)

E. Anjuran memberikan utang dalam islam

Memberikan utang dengan niat baik dan mengikuti aturan syariah dapat menjadi amal kebaikan dan membawa banyak manfaat. Namun, penting untuk mempertimbangkan risiko dan memilih peminjam yang tepat untuk menghindari potensi masalah di kemudian hari. Berikut beberapa keutamaan memberikan utang:

  • Membantu Orang Lain: Memberikan utang kepada orang yang sedang mengalami kesulitan keuangan merupakan tindakan kebaikan dan kepedulian sosial yang bernilai ibadah.
  • Mendapatkan Pahala: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah." (HR. Ahmad)
  • Meningkatkan Derajat di Sisi Allah SWT: Memberikan utang dengan ikhlas dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT.
  • Memperkuat Silaturahmi: Memberikan utang dapat membantu memperkuat hubungan baik dan silaturahmi dengan sesama.

F. Solusi islam dalam mengatasi problematika utang

Islam menyediakan berbagai solusi yang dapat membantu individu mengatasi masalah utang dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah beberapa solusi Islam dalam mengatasi utang:

  • Merencanakan Anggaran Keuangan: Salah satu solusi praktis dalam mengatasi utang adalah dengan merencanakan anggaran keuangan yang lebih efisien dan bijaksana. Ini meliputi membuat daftar pengeluaran, memprioritaskan pembayaran utang, dan menyesuaikan gaya hidup dengan kemampuan finansial.
  • Zakat dan Sedekah: Memberikan zakat dan sedekah adalah salah satu cara untuk membersihkan harta dari dosa-dosa, termasuk dosa-dosa terkait dengan utang. Selain itu, zakat juga dapat digunakan untuk membantu membayar utang orang-orang yang membutuhkan.
  • Negosiasi dan Pembayaran Berdasarkan Kesepakatan: Jika seseorang menghadapi kesulitan dalam membayar utang, dia dapat mencoba untuk bernegosiasi dengan pemberi pinjaman untuk membahas opsi pembayaran yang lebih mudah atau rencana pembayaran yang diatur ulang berdasarkan kesepakatan yang adil.
  • Berkonsultasi dengan Ahli Keuangan Syariah: Mencari bantuan dari ahli keuangan syariah atau konsultan keuangan yang berpengalaman dapat membantu individu dalam merencanakan strategi pengelolaan utang yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
  • Menghindari Utang Tambahan: Untuk menghindari penumpukan utang yang lebih besar, penting bagi individu untuk menghindari mengambil utang tambahan kecuali jika benar-benar diperlukan. Mengelola pengeluaran dengan bijaksana dan menghindari gaya hidup konsumtif dapat membantu mencegah penambahan utang yang tidak perlu.
  • Doa dan Tawakal kepada Allah: Selain usaha-usaha yang dilakukan secara nyata, seseorang juga perlu memperkuat ikatan spiritualnya dengan Allah SWT melalui doa dan tawakal. Memohon pertolongan Allah dalam mengatasi masalah keuangan, termasuk masalah utang, merupakan langkah penting dalam perjalanan menuju pemulihan finansial. Adapun doa agar terhindar dari utang yaitu :


Artinya : "Ya Allah, sesungguhnya aku berlingdung kepadamu dari bingung dan kesedihan, dan berlindung kepadamu dari lemah dan malas, dan aku berlindung kepadamu dari takut dan kikir, dan aku berlindung kepada mu dari lilitan hutang dan dari intimidasi manusia"

Daftar Pustaka

Konsep Hutang Piutang Dalam Al-Qur'an (Studi perbandingan Tafsir al-Maraghi Karya Ahmad Mustofa - Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Madura: https://eco-entrepreneur.trunojoyo.ac.id/dinar/article/download/6600/4164

KONSEP HUTANG MENURUT IBNU TAIMIYAH DAN MUHAMMAD SHARIF CHAUDRY - Repository IAIN Bengkulu: http://repository.iainbengkulu.ac.id/2894/1/Isnaini%20Nurkomariah.pdf

KONSEP UTANG DALAM ISLAM: ADAB DAN KEUTAMAAN PENYELESAIANYA THE CONCEPT OF DEBT IN ISLAM: ADAB AND THE PRIORITY OF RESOLVING - Jurnal STIU Darul Hikmah: https://ojs.stiudarulhikmah.ac.id/index.php/jt/article/download/6/6/43

Hukumonline - Saksi dan Bukti Transfer Uang Dalam Perjanjian Utang Piutang

Rumah Fiqih Indonesia - Mengapa Menyertakan Saksi dalam Akad Hutang Piutang?

Republika - Fiqih Muamalah: Syarat Sah Jual Beli dan Hutang Piutang

Hukumonline - Saksi dan Bukti Transfer Uang Dalam Perjanjian Utang Piutang: http://repository.unika.ac.id/13294/5/12.60.0248%20Christina%20Thiveny%20Putrianti%20BAB%20IV.pdf

Rumah Fiqih Indonesia - Mengapa Menyertakan Saksi dalam Akad Hutang Piutang?: http://repository.unika.ac.id/13294/5/12.60.0248%20Christina%20Thiveny%20Putrianti%20BAB%20IV.pdf

Republika - Fiqih Muamalah: Syarat Sah Jual Beli dan Hutang Piutang: http://repository.unika.ac.id/13294/5/12.60.0248%20Christina%20Thiveny%20Putri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun