Sebuah Esaikrostik
Kartini telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Dalam sepak terjang, bahkan pun hanya secarik surat, ia dianggap telah menerbitkan terang bagi kaumnya.
Ada secercah cahaya dari perjuangannya. Perjuangan mengangkat harkat dan derajat perempuan di bumi nusantara.
Roda sejarah bergulir. Romantisme pada sejarah itu kini hadir. Perempuan masa kini dengan bangga mengaku generasi Kartini.
Tidak salah jika kita berharap dunia membuka mata lebar-lebar. Telah terbit cahaya terang. Cahaya dari gemilangnya upaya serta tekad mengubah nasib.
Indonesia merdeka melalui proses panjang. Peran mereka yang berjuang bukan hanya disandang pria-pria yang mengangkat senjata. Bukan hanya mereka yang terlibat dalam meja-meja perundingan.
Nama-nama perempuan seperti Kartini, banyak juga berperan. Berjuang di garda depan pertempuran maupun dengan keringatnya di balik layar perjuangan bangsa.
Ingatlah pada sebuah kalimat dari Bung Karno, "jangan sekali-kali melupakan sejarah". Dan, hari ini ketika sejarah terus bergulir, tanamkan dalam diri kita untuk bersama-sama mengukir sejarah. Bukan mengingkari sejarah, tapi tidak juga mengingkari kodrat bahwa kita manusia. Manusia dengan sejuta lupa dan khilaf. Terkadang, lupa bahwa jenis kelamin kita tidaklah sama. Berjuanglah sesuai peran kita, tanpa meniadakan simbol kelamin. Sebab, emansipasi bukan untuk mengganti jenis kelamin.
Artikel pernah tayang di kumparan.com
Selamat Hari Kartini 2021!