Terbelalak di depan cermin
Memicing hingga terhenyak
Menemukan bayang diri yang tak sempurna
Bukan pada kata kufur menerima takdir-Nya
Aku tergelak di depan cermin
Kau yang beri aku cermin
Berkatalah kau dengan yakinmu
Cermin ini yang kita butuh untuk mencitra
Cermin ini yang kita guna dalam membayang
Alangkah penuh duhai wahai cermin
Aku hanya mematung
Berdiri sampai sejengkal di hadapan
Aku hanya melihat goresan luka di wajahku
Bahkan di belakang sana bayangmu menyeringai
"Menyeramkan," gumam benak di depan cermin retak
Aku balik tubuhku menghadapmu
Berkaca pada PISA saja tidak membuat kita semakin terbuka.
Berkaca pada PISA saja hanya mencandu luka
Kau asik dengan kuping tertutup lagu
Nyanyian para perajuk, dan para pendusta puja
Akhir kata kuingat sebuah kalimat pujaan hatiku
"Tidak mungkin memandang cermin jika kita berada pada bingkainya"
Dan, aku berucap...
"Tidak mungkin melihat bayangan utuh di cermin retak"
:untuk Mas Nadiem
Bogor, 09 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H