Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyemai Angin

16 November 2023   14:15 Diperbarui: 16 November 2023   14:19 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mencium aroma rindu. Dari gelombang angin yang gemuruh. Tiang tiang peradaban materil telah lapuk. Tangan tangan bertepuk di antara penderitaan dan kepahitan. 

Angin gurun mencumbu telingaku. Menarik narik mataku. Memberi persaksian tentang mata gagak hitam yang senantiasa lapar.

Waktu tak akan berdusta. Sejarah pongah dan ketidakwarasan akan mengundang guruh yang mengguncang lembah lembah.

Orang orang akan terbangun dari mimpi yang tolol dan kosong. Aku ingin menyemai angin di taman. Membaca garis wajahmu. Menyematkan bunga pengorbanan. Atau sekadar doa di perbatasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun