Aku mencium aroma rindu. Dari gelombang angin yang gemuruh. Tiang tiang peradaban materil telah lapuk. Tangan tangan bertepuk di antara penderitaan dan kepahitan.Â
Angin gurun mencumbu telingaku. Menarik narik mataku. Memberi persaksian tentang mata gagak hitam yang senantiasa lapar.
Waktu tak akan berdusta. Sejarah pongah dan ketidakwarasan akan mengundang guruh yang mengguncang lembah lembah.
Orang orang akan terbangun dari mimpi yang tolol dan kosong. Aku ingin menyemai angin di taman. Membaca garis wajahmu. Menyematkan bunga pengorbanan. Atau sekadar doa di perbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H