Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelepas Rindu

27 Oktober 2023   22:59 Diperbarui: 27 Oktober 2023   23:00 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau sebut rindu itu dahaga yang jernih untuk sebuah pelukan. Tubuh tubuh telah dikepung aroma kota.bayang bayang industri baja dan masyarakat 5.0.

Rindu melaju bagai sebuah kereta cepat berukuran nanodetik. Menerobos ke arah matamu. Menabrak kenangan kenangan yang sengaja melintas. Dan ada hujan hujan kecil yang belum selesai berjatuhan. 

Semacam pengantar senja. Mengingat kembali dahaga itu, rindu yang jernih untuk sebuah pelukan diantara mata mata pengintai dan mencecap mantra sampai.

Dingin telah menusuk tulang. Mungkin bukan seperti bayangan di kebun kebun karet. Melainkan kebun kebun yang bersisian di lorong perjalanan dalam kotak waktu yang sempit. Aku selalu ingin menjengukmu.menjangkaumu. meredam benci dan dendam.mengeja peristiwa cahaya. 

Dahaga itu selalu muncul juga, menyusup ke bilik jantung.mengarah ke serambi.mendengar suaramu.memanggil manggil dengan isyarat,agar sampai tepat waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun