Ombak itu melintasi pikiran dalam celah perjalanan tubuh yang jauh. Riak riaknya tumbuh di kepala menjadi serpihan kenangan. Ada persaudaraan dan keindahan.Â
Ombak besar yang berkisah kemarin itu jadi ayat yang segera bisu. Anak anak ombak terus melompat dalam  persaingan zaman. Antara gaya hidup dan menjaga nilai nilai aceh
Tanah tanah digarap dan setiap ruang ruang jadi industri . Orang orang menyintas sepi di jagat maya. Mencari ombak yang diam. Aku menulis sebait kopi dalam tegukan dahaga dan dendam.Â
Ada mimpi yang telah menjadi hujan pagi. Aku melihat itu dari celah jendela kamar. Sepi dan dingin. Anak anak berkejaran dan waktu terus melebar, seakan aku tak bisa menjangkau mereka lagi. Mungkin seperti mengejar ombak. Atau ombak itu mengejekku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H