Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan dan Rindu yang Beku

25 Agustus 2023   23:15 Diperbarui: 25 Agustus 2023   23:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Katamu, engkau tak mau lagi cerita tentang hujan. Atap atap rumah kota yang mengenang harapan. 

Hujan seperti barisan barisan yang menjejakkan rindu. Walau engkau tak peduli. Kenangan terkadang meradang pahit. Dan hujan, katamu ada bekas rindu yang beku.

Entah hujan yang mana maksudmu. Hujan dan senja membawa kisah antarwaktu. Engkau menyimpan maknanya dalam sepi dan kehilangan.

Baca juga: Rindu Sang Hujan

Dan aku tak bisa membujukmu untuk itu. Biarkan hujan menimpa kempalamu. Menimpa tubuhmu di antara debu debu kota. Biarkan rindu yang beku membelah di ufuk malam mengenang siang yang pernah kemarau. 

Saat itu..kita mendengar peluru berdesau diantara jalanan ramai. Hujan jadi peluru. Kita berlari dan ornag orang sembunyi.

Baca juga: Rindu yang Hutan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun