Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kota yang Terbakar Sepi

21 Agustus 2023   08:06 Diperbarui: 21 Agustus 2023   08:12 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepi jadi api di kota kota yang segera jadi abu. Semua telah migrasi sekarang. Dalam pikiran dan kebudayaan baru. Kita membuat jalan jalan virtual pengganti sepi yang lama. Kata Malna, Abad yang Berlari.

 Tapi tidak. Kita berlari dalam ilusi. Bayangan kesadaran yang kecil di pencapaian makna sukses dan bahagia.

 Semua telah jadi pabrik sekarang. Skala skala kita adalah industri dan nilai pasar. Ada banyak harga yang mesti dibayar. Politik dan pendidikan kita berseberangan. 

Baca juga: Kota yang Terbakar

Layar kaca dan layar maya kita hanya sekeping lapak eksistensi kapital. Ada hegemoni di baliknya. Ada ideologi ideologi yang samar, yang lebih membakar dan bahaya.

 Sepi jadi api yang membakar keramaian kita. Sepi membakar dialog. Sepi membakar tangkai otak kita hingga hanya mencerna yang dangkal dangkal. 

Mungkin sepi juga membuat kita lapar. Padahal sepi juga ayatNya yang memantik diri ke ujung makna hakiki. 

Baca juga: Horor Sebuah Kota

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun