Sepi jadi api di kota kota yang segera jadi abu. Semua telah migrasi sekarang. Dalam pikiran dan kebudayaan baru. Kita membuat jalan jalan virtual pengganti sepi yang lama. Kata Malna, Abad yang Berlari.
 Tapi tidak. Kita berlari dalam ilusi. Bayangan kesadaran yang kecil di pencapaian makna sukses dan bahagia.
 Semua telah jadi pabrik sekarang. Skala skala kita adalah industri dan nilai pasar. Ada banyak harga yang mesti dibayar. Politik dan pendidikan kita berseberangan.Â
Layar kaca dan layar maya kita hanya sekeping lapak eksistensi kapital. Ada hegemoni di baliknya. Ada ideologi ideologi yang samar, yang lebih membakar dan bahaya.
 Sepi jadi api yang membakar keramaian kita. Sepi membakar dialog. Sepi membakar tangkai otak kita hingga hanya mencerna yang dangkal dangkal.Â
Mungkin sepi juga membuat kita lapar. Padahal sepi juga ayatNya yang memantik diri ke ujung makna hakiki.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI