Senja adalah batas pertemuan kita sebelum kaki langit melangkah ke seberang. Waktu kemarin yang memudar dan hilang seakan membiak dalam catatan servoar baru, dalam catatan keyakinan keyakinan, dalam asa dan penyesalan.
Senja bukan setangkai bunga yang kuncup. Bukan kota kota yang menyala. Bukan pertikaian eksistensi. Bukan tulang yang berdenyut ngilu.
Senja adalah persinggahan keberadaan. Antara redup dan hidup. Antara gaduh dan gagah. Ia seperti cermin untuk memandang diri sendiri dan ayat ayat sekitarnya.
Hujan jatuh dan berlalu. Angin  hadir dan mengisi tekanan. Daun daun akan ditimpa senyap. Debu debu menanti embun.Â
Dan senja akan beranjak dari batas kepala. Keinginan dan harapan harapan. Jalan jalan protokol temaram seperti memberi penyambutan. Anak anak kecil berlari di ujung lorong yang sempit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H