Kita anggap peristiwa dalam judul ini adalah realitas baru yang dibangun oleh penyair. Tentu itu telah melewati tahapan pengalamanan dan pengolahan batin tertentu, sehingga menghasilkan sebait puisi atau lebih.
Realitas yang dibangun/dicipta itu bisa sebagai peristiwa sebenarnya atau campuran dari pengalaman dan fiksi. Ada proses imajinasi dan pengkondisian.
Istilah pengkondisian itu sering disebut dengan pengkonsentrasian bahasa. Secara prosedur, ia terikat dengan konsep konsep dan struktur penciptaan puisi.
Sebagian penyair berupaya membangun struktur baru dan pola ketidaklaziman sebagai inovasi ataupun eksperimen. Konon, sebagai pemberontakan atau pengayaan khazanah.
Dalam pola ini, bisa saja peristiwa yang dibangun adalah peristiwa yang tidak konkret. Abstrak dan tidak sintaksis.
 Namun si penyair telah merangkai dan mematut serta memajang setiap kata dalam karyanya tadi. Misal, puisi "Herman" karya Tardji atau "Berlin Proposal" Malna dan beberapa karya kontemporer lainnya.
Pada awalnya, puisi memang bermakna mencipta, merangkai dan membangun. Itu yang dimaksud dalam bahasa yunani, poeti atau latinnya poerty.
Dalam kaitannya kemudian puisi menjadi medium gagasan dan pengembangan nilai kebudayaan yang lebih kompleks.
Adapun yang dicipta dan dibangun dalam puisi, di antaranya adalah "peristiwa". Sebagaimana saya maksud dalam judul di atas.
Peristiwa yang dibagun itu bisa mengandung apa saja sesuai nilai nilai si penyair, lingkungannya dan sifat puisi itu sendiri yang mengandung keindahan".
Adapun contoh  pembangunan konteks peristiwa itu, yang paling mashur menurut saya dan paling berkesan adalah karya Eyang Sapardi yang berjudul "Peristiwa Tadi Pagi".