Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penyair Senja

17 Agustus 2023   18:55 Diperbarui: 17 Agustus 2023   19:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Laut menghempas rindunya pada sisi malam yang perak di pinggir kota tua. 

Dia, penyair itu, bagai menata serpihan buih buih yang akan jadi hujan. Kapal kapal membawa bayang dari pikirannya. 

Di sini kota telah ditumbuhi besi dan kawat virtual. Seperti bunga pagi yang diam di antara jendela jendela hotel. 

Tak ada buku sejarah dan sosiologi atau rumus rumus logaritma yang mungkin dapat mengukur jarak senja yang segera tiba. 

Di balik jalan jalan yang riuh ke halaman depan rumah, masing akan pulang, untuk mematut wajah. Lalu menyalin kembali serat serat cahaya dalam pecahan waktu yang akan pekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Profil Penyair

Baca juga: Teorema Penyair

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun