Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Arsip Pagi Ini

13 Juni 2023   07:01 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:46 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi bertunas di pucuk pucuk kota. Kesibukan akan merenggut semuanya. Kota kota yang lebar telah mempersempit orang orang di dalamnya.

Dinding dinding beton semakin tinggi dan asap asap pabrik menyempitkan dada. Dan generasi alpha meraba raba permainan maya. Di mana mereka akan menaikkan layang layang?

Kita telah berlayar di antara digit digit. Eksistensi kita mulai terpecah oleh segmentasi pasar dan gaya hidup. Kita semakin terspesialisasi dan mungkin kosong!, menyempit dan individual. 

Baca juga: Arsip Penyair

Bisakah kita menjadi individualis? Kita selalu menjalin koneksi, interkoneksi dan saling menautkan, dengan gestur dan putusan yang rumit. 

Baca juga: Abad yang Tidur:https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/624e3efdbb44866fd442eea2/abad-yang-tidur

Dan kita disebut masyarakat karena_interaksi dinamis  yang salng mengikat dan  saling berserikat untuk tujuan bersama yang bermartabat_. Catatlah sahabat!

Baca juga: Pagi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun