Banyak yang mengira bahwa proses kreatif itu hanya berlaku di bidang kesenian. Itu disebabkan karena alur kerja dan sistem berfikir yang mendorong kesenian itu adalah otak kanan guna menautkan ide, opini dan harmoni.
Sejatinya tidak ada belahan otak yang bekerja sendiri. Artinya bahwa dualitas fungsi otak juga berlaku dalam proses kreatif.
Pada tahapan setelah pencurahan gagasan,aktualisasi dan peledakan karya, semua akan ditinjau kembali dan dinalar secara kritis oleh otak kiri.
Misal, anda akan menautkan kata " cahaya", "hujan", "wajah", "senja" dan " rindu", maka anda akan mengelsplorqsi segenap ide dan pengalaman (bahkan konsep ilmu) dalam membangun struktur di  kalimat dan paragrafnya..
Aktualisasinya bisa  berupa puisi,esai romantis, cerpen  atau syair lagu atau suatu kutipan emas yang menjadi pedoman dan perspektif yang baru.
Karya kreatif  itu  kemudian mencapai tujuannya dan membentuk pola dan jalan baru bagi suatu genre dan iklim budaya (kebutuhan) masyarakat, hingga memberi dampak yang lebih luas dari sekadar wujud karya itu sendiri.
Begitupun proses kreatif dalam bidang di luar seni, seperti industri, politik, keluarga dan pendidikan, ia mesti dilakukan dengan langkah yang disengaja dengan mencerap ide dan asosiasi berdasarkan passion tertentu.
Passion itu sendiri dalam proses kreatif bukan semata "gariah", namun secara bahasa bahwa passion adalah kesiapan diri untuk "menderita" dalam mencaoai hasil dari proses kreatif.
 Ada nilai nilai perjuangan dalam proses kreatif, hingga kreativitas itu bisa menjadi inovasi dan menjadi beragam produk" budaya dan peradaban.
Secara ringkas, proses kreatif terikat dengan sistem berfikir utuh (bukan sekadar berbeda), butuh inspirasi dan ide, ada moda tertentu, motivasi dan komitmen .Â
Proses krestif memerlukan basis keilmuan sebagai struktur dasar karya hingga ia memberikan dampak yang singnifikan bagi kehidupan individu dan umat manusia.