Setelah siang yang kemarau, sebait hujan melintasi jendela kamar seorang lelaki. Dia baru saja menghempaskan tubuhnya dari derita perjalanan. Lelah telah menjelma nikmat dalam kerinduan untuk pulang.
Jendela kamar lelaki itu terbuka lebar menghadap ke matahari terbit. Sekarang kosong dan sepi. Awan awan kecil berarak diantara burung burung yang kecil.
Angin sore menarik lelaki itu. Cepat dan sigap. Ia tergopoh dan lunglai. Matanya menyimpan pagi yang belum hilang. Dia menatap langit langit. Menatap lampu kamarnya yang menyala sepanjang waktu.
Di sebelah jalan di depan rumahnya ada persimpangan yang membawanya kepada senja. Dan lelaki itu mulai meyukai nama senja. Nama dan sebutan yang tak asing. Sebagaimana hujan yang tak asing bagi setiap orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI