Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gerbang Sunyi (2)

2 April 2023   10:03 Diperbarui: 2 April 2023   10:17 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gerbang Sunyi

Daun waktu telah gugur. Mimpi berhambur. Tubuh ringkih tersungkur. Mata telah kehilangan cahaya. Dua lutut telah merapat dan semua jendela tertutup kuat.

Tersibak semua realitas itu. Kita pun tajam memandangnya. Melampaui satu gerbang sunyi. Kelam dan dingin. Terhimpit diri pada badan bumi yang sempit

Baca juga: Gerbang Senja

Taman barzah terhampar dalam ketakutan dan harapan. Sepi yang hitam menjalar. Seperti tidur panjang dalam ketakutan dan kesangsian.

Hanya perlu amal takwa untuk huru hara yang lebih besar. Seberkas sujud menjelajah gelap di ujungnya. Setitik cahaya ke tepi shirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Gerbang Sunyi

Baca juga: Gerbang Cahaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun