Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kota yang Runtuh

14 Maret 2023   07:41 Diperbarui: 14 Maret 2023   08:05 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terngiang di telinga seayat kalam Mulia. Tentang negeri/kota yang hancur runtuh.

Para pembesar kaum telah membuat kerusakan, oleh tangan mereka sendiri atau lewat keturunan mereka. 

Disebutkan itulah kehendakNya. Sebab berlaku bagi kita pilihan pilihan hingga memilih golongan pembesar itu sebagai pemimpin. Kota itu pun hancur.sehancur hancurnya. Wa dammarnahum tadmira

Baca juga: Kota yang Terbakar

Saat para pembesar itu membuat kerusakan, maka kerusakan itu bukan berdampak bagi diri sendiri. Tapi bagi keseluruhan ekosistem sosial.

Bahkan mungkin dalam sistem yang rusak penjara para elite itu lebih nyaman daripada tunwisman dan pengemis di jalanan yang tidur di trotoar dengan perut kosong.

Sedang di penjara. Mereka bisa makan sate. Main HP. Main golf. Bertransaksi dan bahkan ke luar negeri.

Baca juga: Kota yang Dingin

Baca juga: Belajar Membaca

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun