Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Sang Hujan

19 November 2022   09:25 Diperbarui: 19 November 2022   09:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

dia mengenang keping hujan yang jatuh di Baghdad, sebelum sungai tigris penuh oleh darah dan tinta. Pesona Baitul Hikmah yang menjadi menara telah redup dalam 40 hari kepungan Hulagu Khan. Kemarau jadi begitu panjang dan hitam. Rindu sang hujan menimpa bebatuan padang. Mengenang kembali capaian akal dan hikmah yang membelah zaman gelap. Saat Haytam mempelajari cahaya dan Avicenna meracik ramuan sambil menulis puisi dan lagu. Atau Zahrawi yang menyusun kitab bedah dan mendesain alat alatnya. 

Dan di sini, aku tertidur di bawah langit langit yang ditimpa hujan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Rindu yang Hutan

Baca juga: Hujan Menabur Rindu

Baca juga: Rindu Hujan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun