Bagi yang mengalami tentu akan tahu, bahwa santri termasuk makhluk yang paling beruntung dan bahagia. Setidaknya untuk perspektif  tertentu.
Kenapa begitu? Santri dianggap sosok yang  mempelajari kunci kunci perbendaharaan hidup. Bukan hanya masalah konten kitab, kaidah dan uslub, namun nilai nilai kehidupan yang utuh. Itulah idealitanya,  sebelum menjadi berat dengan modernisme dan hegemoni global.Â
Hanya saja, Â kenyataan itu justeru menjadi "realitas" yang mesti dihadapi dengan lamgsung. Â Sebagian menjadi konservarif-progressif, sebagian lagi konservatif murni dengan pertimbangan yang ketat.Â
Prinsip utamanya hanyalah menjadi penerang dan pemberi peringatan serta menyebarkan rahmat.Â
Konsep Utama:
Bahagia ala santri dan upaya menjaga martabat kemanusiaan dapat dilakoni dengan konsep yang mashur dalam Alquran: Serulah dengan jalan hikmah, nasihat efektif, atau debatlah secara elegan dengan sebaik mungkin. Hanya Allah yang akan menjadi penentu setiap keputusan.
Jadi, Â kebahagiaan santri hanya dapat diukur dengan seberapa besar manfaat yang bisa ia tunaikan setelah digodok dan digembleng dalam sistem yang ketat dan intens itu. Seberapa besar ia merasa bahwa ilmu dan pengalamannya menjadikannya taqarrub illah, Â secara ritual ataupun sosial. Begitulah...!Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H