Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi-pagi Makan Kue Serabi

9 Oktober 2022   08:05 Diperbarui: 9 Oktober 2022   08:06 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi dingin sepi. Cakrawala membuka jeda. Sebelum pagi menjauh. Ada hasrat di kue klasik, mencicip kue serabi, kue apem yang khas, dibakar di atas perapian. 5000 dapat dua porsi. 

Lupakan hidangan pop kala pagi, lupakan hidangan siap saji dan makanan saset.

 Kita duduk sekejap dan antre, sebagian melepas pergi sambil berbelanja di pasar rakyat. Dan kembali dengan bungkusan serabi, 15.000an atau lebih banyak lagi. 

Tangan sang ibu yang mulai bergetar mengisi loyang satu persatu, memilah dan menjaga suhunya di atas tungku, api menjalar kecil, baranya memerah memberi hangat orang di dekatnya. 

Pagi masih dingin sepi. Tak ada hujan di sini, hanya temaram sahdu. Sebungkus serabi dengan 7 porsi siap dibawa pulang,  disantap dengan bismillah penuh syukur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun