Tiba jua di sini di perbatasan paling sepi. Kota yang terbakar telah pergi. Mimpi mimpinya akan menjuntai kembali dalam warna lampu lampu yang temaram, diantara kesibukan jalan raya dan gedung gedung yang mencengkeram jiwa.Â
Jiwa ingin teduh bersama malam. Tapi sang tubuh begitu dahaga dan gegabah, betapa berat menimbang penat. Esensi pikiran yang mengembang menjadi gumpalan pertanyaan yang sulit dijawab.Â
Tiada perbedaan lagi di perbatasan ini, hanya tiang tiang waktu dan suara lamunan para musafir yang mampir sekejap. Bersigap beranjak mencecap ribuan jejak yang menancap dalam ingatan kehidupan.Â
Tiada yang bisa mengelak dari cibiran waktu, pengharapan dan penyesalan akan diaduk dalam piringan malam. Entah dengan rembulan atau hanya kesepian.Â
Tiba di sini, di perbatasan, orang orang yang lalu lalang, datang dan hilang, dibawa bayang, atau jadi bayangan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H