Oo, tak ada durian runtuh, tak ada anak bintang yang jatuh di halaman depan rumah. Pagi pagi mesin boat nelayan telah menjerit, Â seperti berdoa dengan keras, menerima hempasan ombak. Di laut, semua gejolak disergap.
Ooh, Â pergi ke laut lepas anakkku sayang, selama pagi masih mekar, begitu kata penyair.Â
Di pundak, Â tumpuan harap dipikul. Di ujung kaki, mata air waktu akan berkisah. Membawa deras. Atau hanya membawa belukar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H