Malam menghimpun semua lengah dan lelah. Puisi yang patah menjadi hujan yang tajam. Menjejakkan kaki kakinya dalam kebisuan kota.Â
Orang orang berlarian dalam bayangan waktu. Puisi yang patah menjadi angin yang menghempas setiap rindu.Â
Puisi yang patah dalam sketsa. Puisi yang patah di sebilah perih jadi denyut yang menggelayut, menyusup ke ujung waktu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H