Kata sang guru, dalam sepiring nasi banyak rangkaian pelajaran utama. Secara spirituil, sepiring nasi menginsafi kita dengan kesadaran dan kelemahan, bahwa hanya Dia yang Maha Kaya (Allah subhanahu wata'ala) Yang Mencukupkan kita, memenuhi kebutuhan kita.Â
Kita juga menginsafi makna sehat, bahwa, dalan sakit, kita tidak bisa nikmat saat makan. Kita hanya bisa makan karena kita sehat. Untuk itu kita bersyukur.Â
Dalam sepiring nasi, terkumpul semua jasa orang orang hebat yang telah melayani" kita, menyerahkan diri mereka gar sepiring nasi dan lauk pauk itu tersedia di hadapan kita: ada petani. Nelayan. Pedagang. Pembantu. Ibu kita. Ada distributor. Ada sopir. Ada buruh angkut. Ada anak kapal. Ada buruh tani,dst
Hingga terhidang di hadapan kita. Kita menyantapnya. Dengan diawali doa. Kita menyantapnya tanpa mubazir/berlebihan.
kita menyantapnya sambil mengingat, berapa banyak saudara kita yang tak menikmati seperti yang kita santap saat ini.Â
Kata sang guru, dengan menginsafi perjalanan sepiring nasi, kita bisa melatih konsentrasi, fokus dan mencapai hikmah dalam hidup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H