Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Ciri Pembelajaran Efektif

25 Juli 2022   08:06 Diperbarui: 25 Juli 2022   11:15 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga Ciri Pembelajaran Efektif
===

Pembelajaran menjadi muatan utama dalam proses pendidikan. baik secara formal di kelas ataupun di lingkungan yang luas.

Banyak usaha yang ditempuh oleh pemerintah untuk mencapai efektifitas pembelajaran. akhirnya bertumpu pada guru sebagai ujung tombak. sebaik apapun perangkat yang tersedia, bila sang guru enggan menggunakan dan tidak termotivasi, maka hasilnya akan sama.

Di tengah beratnya konten belajar dan padatnya waktu, seorang guru bersama siswa mesti memilah dan menata capaian maksimalnya (kini semakin terbuka dengan kurikulum merdeka).

Hendaknya sekolah dan budaya di dalamnya mesti bisa menjamin efektifitas itu dan mengukurnya secara bertahap.

Dalam praktik empiris yang kami dapatkan,  setidaknya ada tiga ciri efektifitas pembelajaran di kelas:

Pertama,  kualitas interaksi. baik lahir dan batin. yaitu kualitas hubungan guru-siswa dan lingkungan belajar. sering dikenal dengan interaksi edukatif.

Interaksi itu  bisa ditandai dengan level aktivitas bersama dan partisipasi siswa secara utuh: mental, emosional dan fisik/sesi pembelajaran.

Setiap perkara yang berpotensi merusak interaksi itu mesti dapat digambarkan dan diselesaikan secepat mungkin.

Hasil dari kualitas interaksi ini bisa berupa proyek bersama, pembentukan karakter, dan performa belajar yang maksimal.

Kedua, pengalaman belajar yang memberdayakan.  Yaitu saat setiap siswa dapat melihat dirinya berkembang dalam menguasai satu kompetensi.

Mereka memiliki waktu yang cukup untuk menguasainya (mastery learning), dengan menyadari bahwa setiap siswa berbeda dalam mengkostruksi pembelajaran.

Ketiga,  autentik dan menetap lebih lama. Sangat sempurna bila hasil belajar  itu terkait langsung dengan perkara hidup si anak, dan hal hal medesak yang  mereka butuhkan.

Sehingga kompetensi yang dikembangkan bisa menetap lebih lama atau dapat dikreasikan kembali menjadi konstruksi yang baru,  yang autentik.  Itulah efektifitas: berdaya guna untuk pribadi, sosial, dunia dan akhiratnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun