Hanya wajahmu. Kamar yang kosong. Lampu halaman belakang yang padam. Pintu gerbang yang terkunci dengan dingin hujan seharian.Â
Hanya sebingkai kenangan. Jendela dan kursi sofa yang tua. Bulan sembunyi dan mati. Kota disergap senyap. Tenggrorokan seperti tersedak.
Malam akan selalu menghardik, Â dan pagi bergerak cepat. Tak ada puisi yang tercatat. Hanya wajahmu. Hanya kenangan. Hanya bayangan.Â
BACA JUGA: aku tidak menulis puisi esok hari, https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/613f80630101906d4a7eb4a2/aku-tidak-menulis-puisi-esok-hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H