Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Sastra: Puisi yang Dinamis

21 Juli 2022   15:03 Diperbarui: 7 November 2022   00:21 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hmparan Bukit Barisan, NN. Sumber: Pixels


===
Nilai puisi itu ditentukan awalnya oleh segenap potensi dan daya si penyair dalam mencipta puisi. Intensitas dan pergulatannya dengan karya itu akan berdampak positif.

Walau lazim dikenal bahwa masyarakat akan menentukan pilihannya terhadap puisi dan waktu yang menjawab, tapi pengalaman dan kualitas daya si penyair akan menjadi corak dari puisi puisinya.

Maka setiap zaman dengan coraknya akan membentuk sebagian nilai hidup penyair yang memengaruhi karyanya.

Katakanlah,  Chairil Anwar dengan konsep modern dalam puisinya,  dan Rendra dengan daya gugah-kritiknya,  serta Sutardji dengan pencarian yang ekstrim, atau Sapardi dalam kesederhaan narasi yang menghidupkan impresi.

Apa kata Eyang Sapardi tentang perjalanan puisi puisinya?  20 tahun yang sunyi katanya, dalam rentang yang panjang itu, secara materil hanya kerugian: kertas,  tinta,  waktu, buku buku dst.

Namun puisi yang dinamis telah menjadi daya hidup dan bentuk kreasi setiap karyanya. begitupun penyair lainnya,  juga penyair yang datang kemudian.

Semua mesti dapat mewujudkan nilai puisi yang dinamis, elegan dan tidak jauh dari realitas yang tampak (kepincangan masyarakat, budaya modern dan perubahan sosial kita).

Tentu tanpa menghilangkan hakikat puisi itu sebagai karya sastra yang relatif otonom.

Maka puisi puisi yang dinamis itu akan memberi andil dalam daya ungkap baru, penghayatan yan baru dan cara memandang masalah di sekitar kita.

Puisi puisi yang dicipta bukan sekadar hiburan,  tapi juga memberi tawaran perspektif: membantu khalayak untuk lebih bahagia, manusiawi dan selaras dengan keindahan/kebenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun