Aku menangkap senja. Selalu begitu. Pada waktu yang sedia. Dada seperti bergelegak. Memanas dalam pengharapan. Sebuah sujud di perbatasan waktu.Â
Senja, jeda yang singkat untuk memadati ruang diri. Menangkap warna cahaya baru. Membaca tepian perjalanan yang terus menyempit.
Aku mendengar daun jendela terhempas oleh angin sore. Senja terus merayap ke halaman depan rumah. Menggedor gedor pintu depan. Menarik narik pikiran yang bersandar di dindang belakang.Â
Seperti tadi. Mataku menangkap senja. Kadang jadi sendu. Kadang galau dan rindu. Kadang sunyi dan bisu. Kadang ia bagai hiasan waktu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H