Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat Musafir 2

7 Juni 2022   08:30 Diperbarui: 7 Juni 2022   13:41 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rupanya surat ini sampai juga padamu. Waktu terut menyempit dan dada serasa sesak saat tak menerima balasanmu dengan segera. 

Lembaran elekronik telah menyingkat semuanya. Dan pertemuan kita makin singkat. Tanpa perjamuan. 

Kita bicara di lintasan,  dekat stasiun,  tentang kalengan cinta yang bocor (istilah Cak Nun).

Selain itu, tak ada lagi cerita tentang kita dan malam malam yang berat. Surat ini hanya sepersekian detik dari rindu yang tak pernah terungkap. 

Di sela sela waktu,  kita duduk sekejap, berkaca di telaga dan kembali  beranjak, berangkat, dan mungkin tak akan bersurat lagi.

BACA JUGA: surat musafir (1) :https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/61929ed69dc44601b0402e58/surat-musafir-aku-berjalan-di-tepian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun