Rupanya surat ini sampai juga padamu. Waktu terut menyempit dan dada serasa sesak saat tak menerima balasanmu dengan segera.Â
Lembaran elekronik telah menyingkat semuanya. Dan pertemuan kita makin singkat. Tanpa perjamuan.Â
Kita bicara di lintasan, Â dekat stasiun, Â tentang kalengan cinta yang bocor (istilah Cak Nun).
Selain itu, tak ada lagi cerita tentang kita dan malam malam yang berat. Surat ini hanya sepersekian detik dari rindu yang tak pernah terungkap.Â
Di sela sela waktu,  kita duduk sekejap, berkaca di telaga dan kembali  beranjak, berangkat, dan mungkin tak akan bersurat lagi.
BACA JUGA: surat musafir (1) :https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/61929ed69dc44601b0402e58/surat-musafir-aku-berjalan-di-tepian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H