Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Puisi Romantis

5 Juni 2022   22:22 Diperbarui: 5 Juni 2022   22:29 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rembulan telah pergi, ilalang kering dihempas angin. Apakah masih ada puisi, sepotong barisan sepi yang mengancam. 

Malam telah mencuri kuncup bunga, angin malam menimpa kenangan lama. Kulit kulit pohon telah mengelupas, apakah arti puisi yang romantis.

Jembatan jembatan besi telah menjadi layang layang. Jalan protokol yang ramai, menuju cinta mahaluas, yang sunyi. 

Dari buruh pabrik yang pulang sore, dan penyapu jalan yang setia, atau penambang emas yang menggali lubang tanpa jaminan hidup, puisi romantis itu mewujud rupa dalam ragam makna, membelah cinta mahaluas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun