Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panggung Negeri

24 Maret 2022   17:53 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:58 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara suara menari. Janji telah basi dan podium jadi saksi. Tidak bisu. Podium hanya diam. Panggung ini bisa dilipat sesuai keperluan,  atau 5 tahunan.

Selebihnya jadi panggung ambisi,  narasi investasi,  berbagi kapitasi, swastanisasi,   program jangka panjang dan ada fee dan komisi, ada korupsi yang jadi hantu.

Panggung negeri dalam tragedi,  komic dan epik. Kisah lama dan baru dibangun di atasnya. Dengan memaki atau memuliakan diri, negeri ini tetap ada. Namun dengan cara apa dan bagaimana kita wariskan?

Apakah cukup dengan panggung dan podium? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun