Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Anak: Satu Sentuhan, Satu Kebahagiaan

10 Desember 2021   16:02 Diperbarui: 10 Desember 2021   16:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia Anak: Satu Sentuhan, Satu Kebahagiaan.

Anak adalah perlambang fitrah, kesucian dan kemurnian. dunia mereka adalah dunia kegembiraan dan keteladanan. kita bisa banyak belajar dari dunia anak anak. dunia "luas" yang sudah lama ditinggalkan anak anak dewasa (kita).

Di antara yang khas dari seorang anak adalah, rasa, sentuhan dan kebahagiaan. aspek itu akan selalu tampak dari mata, prilaku dan permainan mereka.

Saya merasakan betul aspek rasa ini tadi pagi. Setelah selesai mengantarkan jajanan anak anak ke kantin, saya melewati deretan kelas SD (sekolah Islam terpadu) di kota kami.

Tampak anak anak sedang antre untuk jajan di kantin, sebagian lagi bermain di halaman sekolah, berlarian atau sekadar menikmati suasana istirahat selepas ujian.

Mata saya tertuju pada seorang anak yang saya lewati di depan lorong kelas. dia duduk, diam, perawakannya kecil, masih kelas satu SD.

Saya tanya: tidak jajan?
tidak, jawabnya, sudah makan tadi.
kalo mau jajan, ni bapak kasih mau?
dia menolak, diam.
matanya mulai berkaca.
-ayo, ke sana, gabung ke kawan lain.
-hik,hik, dia menangis, pelan, ucapnya, saya tak dikasih bermain dengan mereka. dia lanjut menangis, dia belum sempat bilang kenapa ia dilarang bermain dengan grup temannya.

Saya hanya memanggil (tepatnya memberi tahu) guru kelasnya yang masih di dalam, sedang mengoreksi tugas.

Gurunya tiba dan membujuk si anak tadi, masih menangis dan dibimbing oleh si Guru. saya tak tahu lagi kelanjutannya. mungkin dia masih menangis, karena tipe melankolis dan introvet.

Tapi, tentu dia sudah merasa ringan, ada yang dapat meredakan emosi yang ia simpan sebelumnya, dan dia dapat mengungkapkan masalahnya dengan kawan bermainnya. Mungkin itu jadi awal bahagianya.

Dan, kita yang dewasa, tidak pernah tahu, "sentuhan" mana yang berdampak pada kenangan bahagia setiap anak. Kita hanya berusaha "menjangkau hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun