Ingatan Saat Jadi Santri
Sedari awal sudah dikesankan
bahwa jadi santri adalah untuk kebaikan
bukan untuk gengsi dan semata pengetahuan.
Sering disebut, kalau ingin keterampilan dan pengetahuan, masih banyak lembaga lain yang mewadahi. disebut juga bahwa, jadi santri bukan masuk ke ruang bengkel untuk direparasi. sebab lembaga pesantren bukanlah bengkel, bukan pula penjejalan pengetahuan.
Mungkin sering dipahami, bahwa pesantren sebagai lembaga pengkaderan generasi sesuai dengan falsafah dan zamannya kemudian. pesantren menjadi cikal bakal pendidikan Islam yang paling tua di Indonesia. sering dikenalkan, adab di atas ilmu. buah ilmu adalah amal. ruh amal adalah ikhlas. setiap santri mesti sigap membaca tanda tanda zaman.
Maka menjalani hidup sebagai santri adalah kesiapan diri yang utuh untuk dilatih, dibina dan sebagai jalan untuk "menjadi". dan tentu, akal dan jiwa dilatih, fisik dan batin digembleng. kehidupan di pesantren selayaknya kehidupan itu sendiri dengan ragam dan coraknya: klasik, konservatif, modernis
dan tetap dalam prinsip dasar ukhuwah dan rahmatan lilalamin.
Dalam perjalanan itu, dikenal dengan jalan thalabil ilmu, jalan yang dianggap sebagai jihad. mujahadah untuk mengembangkan diri dan kemampuan guna menjadi cahaya dan penyuluh di masyarakat/islahul ummah.
kini zaman telah menuntut santri berperan lebih signifikan dan autentik, lewat wacana perbaikan sosial, arus perubahan dan era industri. kesemua itu menjadi tantangan bagi kesiapan santri dalam menjawab realitas. tidak hanya memahami teka tulis, tapi juga peristiwa alam dan sosial yang dinamis.
ingatan saat menjadi santri tidak hanya seremoni romantisme. tapi ianya refleksi dalam estafet kehidupan Islam yang menyeluruh dan membawa rahmat.
Note: